REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sebanyak 40 peserta dari Singapura, Malaysia dan Indonesia ambil bagian dalam kegiatan Tarung Pantun III yang diselenggarakan di Gedung Lembaga Adat Melayu Kota Batam.
"Meski masih didominasi peserta dari Kepri terutama Batam, Bintan, Tanjungpinang dan Karimun, namun kegiatan ini juga diikuti peserta dari dua negara serumpun tersebut," kata Ketua Panitia dari Batam Bisa Production, Rahmat Wahid di Batam, Sabtu (20/12).
Sistem dalam lomba Tarung Pantun tersebut adalah dua peserta dalam satu tim akan berbalas pantun dengan dua peserta tim lain.
Pemenang masing-masing babak, akan bertemu dengan pemenang lain demikian seterusnya hingga partai final dan diperoleh pemenang.
Rahmat mengatakan, kegiatan tersebut akan berlangsung hingga Minggu (21/12).
"Tahun depan kegiatan ini akan dibuat dengan skala yang lebih besar, meningingat animo masyarakat dari negeri serumpun sangat tinggi," kata dia.
Selain akan mendapatkan uang pembinaan total puluhan juta rupiah, pemenang juga akan mendapatkan piala tetap dan piala bergilir dari Hardi S Hood yang merupakan anggota DPD-RI perwakilan Kepri.
Hardi S Hood mengatakan, pantun adalah budaya masyarakat Melayu yang menunjukkan sopan santun dalam berbahasa.
Ia mengatakan, budaya tersebut harus terus dipertahankan dan dikembangkan agar identitas masyarakat Melayu tidak hilang.
"Kami berharap tahun depan kegiatan ini bisa dilaksanakan di luar Batam. Atau mungkin di Johor Malaysia ataupun Singapura dengan skala yang lebih besar," kata dia.
Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan yang membuka acara itu mengapresiasi panitia yang menggelar acara tersebut.
"Ini sesuatu yang positif. Tahun depan akan kami upayakan masuk dalam gelaran Kenduri Seni Melayu yang juga sudah rutin dilaksanakan di Batam pada akhir tahun," kata dia.
Pantun, kata dia, merupakan seni berbahasa yang mengandung makna sehingga layak untuk dilestarikan.