REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG-- Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono mengungkapkan bahwa hampir sebagian besar dari di provinsi setempat, rawan bencana alam tanah longsor yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa.
"Berdasarkan data yang kami miliki, daerah di Jateng yang rawan tanah longsor menyebar hampir di seluruh wilayah dan lokasinya merupakan lahan yang sebelumnya sudah pernah terjadi bencana serupa," katanya di Semarang, Selasa (16/12).
Teguh menjelaskan bahwa dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jateng, 27 daerah di antaranya termasuk kategori rawan bencana alam tanah longsor.
"Bahkan, sebanyak 2.024 desa yang tersebar di 200 kecamatan lebih se-Jateng terancam bencana tanah longsor," ujarnya.
Menurut dia, saat ini tercatat 18 kecamatan dari 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang rawan terjadi tanah longsor karena posisinya berada di lereng bukit dan pegunungan.
"Di daerah yang bisa kapan saja terjadi tanah longsor itu banyak terdapat pemukiman warga sehingga perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat setempat agar bersedia pindah ke tempat yang lebih aman," katanya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana juga menyebutkan bahwa ancaman tanah longsor di Jateng hampir merata di semua daerah, namun tingkat kerawanannya berbeda.
"Daerah rawan longsor di Jateng antara lain, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Karanganyar," ujarnya.
Berdasarkan data sementara dari Badan "Search and Rescue" Nasional (Basarnas) Kantor SAR Semarang, pada Selasa (16/12), jumlah total jenazah korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, yang telah ditemukan sebanyak 64 orang.