Selasa 16 Dec 2014 05:30 WIB

HPP Gabah Idealnya Rp 5.000

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Erdy Nasrul
Gabah
Foto: Antara/Asep Fagthulrahman
Gabah

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Petani di Kabupaten Karawang, Jabar, semakin terjepit dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, kenaikan itu merangsang melonjaknya biaya produksi. Sedangkan, harga pembelian pemerintah (HPP) terhadap gabah petani tetap tak bergeming di harga Rp 3.640 per kilogram.

Wakil Ketua Satu Bidang Tanaman Pangan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Karawang, Ijam Sudjana, mengatakan, dampak kenaikan BBM sangat menambah beban biaya produksi. Saat ini, peningkatan biaya produksi mencapai 35 persen. Penyumbangnya, yaitu upah tenaga kerja yang menginginkan ada kenaikan. "Biasanya, biaya produksi kami hanya Rp 1,5 juta per hektare. Kini, meningkat 35 persennya," ujar Ijam, kepada Republika, Senin (15/12).

Terkait dengan HPP, Ijam mengaku, seharusnya ada kenaikan. Namun, sejak dulu juga petani di Karawang tak pernah mengenal HPP. Pasalnya, HPP selalu lebih rendah dari harga pasar. Selain itu, HPP juga hanya mengerdilkan petani. Saat ini, HPP hanya Rp 3.640 per kilogram. Sedangkan, harga gabah di pasaran antara Rp 4.900 sampai Rp 5.000 per kilogram. Jadi, selisihnya sangat tinggi. Akibatnya, petani tak pernah kenal dengan HPP.

Seharusnya, lanjut Ijam, dengan naiknya harga BBMM, maka idealnya HPP juga naik. Supaya, petani bisa menikmati HPP. Sedangkan selama ini, petani apriori terhadap HPP, karena harganya lebih rendah dari harga pasar.

Kalau pemerintah benar-benar pro petani, sambungnya, naikan HPP. Idealnya, di atas Rp 5.000 per kilogram. Supaya, petani bisa merasakan HPP tersebut. "Itupun kalau berani pemerintah menaikan HPP. Jika tidak, maka harga pasar yang jadi patokan petani," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement