REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ada 274 kabupaten/kota di Indonesia yang rawan longsor. Jika dilihat dari jumlah penduduknya, ada sekitar 40, 9 juta orang tinggal di bawah lembah yang berpotensi longsor. "Umumnya mereka tinggal di daerah dengan infrastruktur terbatas sehingga saat terjadi longsor evakuasi terkendala medan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Senin (15/12).
Menurut Sutopo, daerah rawan longsor tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatra, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Semua daerah tersebut berpotensi tinggi longsor terutama pada saat musim penghujan.
Pencegahan bencana longsor, kata Sutopo, tidak bisa dengan memindahkan 40,9 juta jiwa dari daerah perbukitan. Solusi terbaik hanyalah dengan melakukan penataan ruang. Selain itu, Sutopo melanjutkan, warga yang tinggal di daerah rawan juga harus waspada bencana. Ketika BPBD setempat menginformasikan potensi longsor, maka warga harus cepat mengungsikan diri.
Menurut Sutopo, longsor sebenarnya sangat berhubungan dengan kerusakan lingkungan. Seperti halnya bencana banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan, sambung dia, longsor terjadi karena ulah tangan manusia yang merusak alam. Seperti diketahui, longsor terjadi pada Jumat (13/12) petang lalu di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Hingga Senin (15/12), sudah ada 51 korban jiwa ditemukan dan 57 orang lainnya masih hilang.