Senin 15 Dec 2014 12:19 WIB

Bawon Berlari di Atas Tanah yang Longsor (1)

Rep: eko widyanto/ Red: Damanhuri Zuhri
Longsor Banjarnegara.
Foto: Republika
Longsor Banjarnegara.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Setiap kejadian bencana, menyuguhkan banyak cerita duka dari para korbannya. Terlebih pada bencana yang menelan korban cukup besar, seperti bencana tanah longsor di Dukuh Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/12).

Sejauh ini, belum diketahui dengan pasti berapa jumlah korban yang tertimbun tanah longsor. Namun dari cerita Kepala Desa Jemblung, Slamet, diperkirakan ada 35 rumah warga desanya tertimbun longsor.

''Dari jumlah rumah sebanyak itu yang tertimbun longsor, kami perkirakan ada 100 orang yang menjadi korban,'' jelasnya, Ahad (13/12).

Dengan jumlah korban sebanyak itu, sebagian berhasil selamat. Namun sebagian besar lainnya, diperkirakan akan sulit selamat mengingat mereka tertimbun longsoran tanah yang tebalnya hingga belasan meter.

Mereka yang selamat, kebanyakan adalah korban yang bisa ditemukan warga yang berjibaku mencari korban pada Jumat (13/12) malam sesaat setelah kejadian, serta korban yang ditemukan pada Sabtu pagi seusai subuh.

Sedangkan mereka yang kemudian ditemukan pada siang hari, umumnya sudah dalam keadaan meninggal dunia. Sejauh ini, berdasarkan data di Puskesmas Karangkobar, jumlah yang selamat dengan kondisi luka berat-ringan ada 15 orang.

Hampir seluruhnya, dirujuk ke RSUD Banjarnegara karena mengalami luka cukup berat yang kebanyakan mengalami luka patah tulang. Sedangkan yang ditemukan meninggal, ada 20 orang. Dari cerita para korban selamat ini, cerita dramatis bagaimana peristiwa dahsyat itu diceritakan.

Seperti Bawon (27), ibu rumah tangga yang sedang hamil 7 bulan. Dia yang tinggal sekitar 1 km dari tebing yang longsor, mengaku sempat menyaksikan tanah bergulung-gulung menghampirinya.

Bawon yang kini masih dirawat di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Karangkobar, mengaku ketika kejadian longsor terjadi, dia bersama suaminya, Junu (35) dan seorang  anaknya yang masih berusia 6 tahun, sedang berada dalam rumah.

Pada saat itu, dia mendengar suara teriakan warga yang menjerit-jerit dan panik sehingga dia dan suaminya ke luar rumah. ''Waktu itu saya lihat, gulungan tanah bergerak menuju pemukiman kami,'' katanya mengisahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement