REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bertepatan dengan peringatan Hari Osteoporosis Nasional, Menteri Kesehatan Nila F Moelek menyampaikan bahwa pencegahan terhadap penyakit pengeroposan tulang tersebut harus dilakukan sejak dini. Oleh karena itu, edukasi tentang osteoporosis harus diselenggarakan dari sekolah dasar.
"Kami akan menggalakan Unit Kesehatan Sekolah untuk mengedukasi anak-anak mengenai osteoporosis," tutur Nila, Ahad (7/12).
Pengeroposan tulang sering kali tidak menunjukkan gejala apapun. Namun penderitanya bisa tiba-tiba patah tulang dan badannya semakin pendek. Maka dari itu, pencegahannya harus dilakukan sejak usia kanak-kanak.
Menurut Ketua Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) Anita Hutagalung, kebiasaan anak yang hanya beraktivitas menggunakan komputer atau main game dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Sebab penyakit ini tidak hanya menyerang orang tua saja. Namun dapat juga menyerang kalangan muda.
Oleh itu Perwatusi menganjurkan agar anak-anak di sekolah rutin melakukan kegiatan oleh raga seperti senam SKJ. "Tidak hanya itu, kami pun sedang mengupayakan agar program pencegahan osteoporosis masuk dalam kurikulum sekolah," tutur Anita. Ketua Perwatusi itu pun berharap agar kegiatan edukasi osteoporosis dapat dijalankan di masyarakat.
Seperti apa yang dilakukan warga Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara. Warga Rawa Badak berhasil menjalankan kebiasaan hidup sehat untuk mencegah osteoporosis dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan berkalsium.
Untuk menyiasati makanan agar murah, warga banyak mengonsumsi ikan teri. Sumber kalsium dalam makanan sendiri terdapat pada ikan-ikanan, kacang-kacangan, buah-buahan hijau dan susu. Selain itu warga pun berhasil bekerja sama dengan Pendidikan Usia dini setempat untuk membiasakan senam.
Hal serupa diharapkan dapat berjalan secara nasional. Karenanya Perwastusi akan meminta agar Kementerian Pendidikan dapat memasukan edukasi osteoporosis dalam materi pembelajaran.