REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Andrian Sopa menjelaskan alasan publik yang mengapresiasi sikap Aburizal Bakrie (Ical) untuk tidak mencalonkan diri dalam pemilihan capres 2019.
Ia mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan LSI, ada beberapa faktor yang membuat publik mengapresiasi sikap dari Ical yang tidak maju sebagai capres 2019, hasil Munas Golkar di Nusa Dua, Bali pada 30 November sampai 4 Desember 2014 kemarin.
Alasan pertama, publik menilai Ical membawa tradisi baru bahwa sebagai ketum partai dalam presidensialisme hanya untuk membesarkan partai, bukan menjadi pejabat pemerintah.
"Yang kedua, publik menilai pernyataan Ical yang tidak akan maju menjadi capres 2019, akan menjadi ajang kompetisi yang lebih adil. Hal tersebut akan membuat elite partai atau tokoh lain yang berbakat untuk mencalonkan diri," jelasnya di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (5/12).
Andrian menjelaskan, penilaian publik yang terakhir adalah sikap Ical yang tidak mencalonkan diri sebagai capres, bisa menjadi contoh ketua umum partai lain untuk melakukan hal serupa.
"Itu adalah tiga alasan-alasan mengapa publik pada akhirnya mengapresiasi langkah Ical untuk tidak maju kembali di pilpres 2019," katanya.