Kamis 04 Dec 2014 08:39 WIB
Atribut Natal

Yusuf Mansur: Toleransi Bukan Berarti Pakai Atribut Natal

 Ustaz Yusuf Mansur (tengah) memenuhi panggilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengklarifikasi bisnis usaha patungannya di Jakarta, Senin (22/7).    (Republika/Aditya Pradana Putra)
Ustaz Yusuf Mansur (tengah) memenuhi panggilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengklarifikasi bisnis usaha patungannya di Jakarta, Senin (22/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Ponpes Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Ustaz Yusuf Mansur, mengingatkan umat Islam bahwa bila hendak menunjukkan toleransi, pluralisme, cukup mengucapkan, 'selamat pagi', 'salam sejahtera bagi kita semua'.

Dia merasa miris lantaran karena ekonomi umat sedang diuji, akhirnya kawan-kawan sesama Muslim, yang sedang bekerja di tempat-tempat publik, terpaksa pakai atribut Natalan. "Menurut saya, ini bukan bentuk toleransi juga. Sangat cukup kita tidak mengganggu umat lain. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Jangan sampai begini," ujarnya melalui akun Twitter, @Yusuf_Mansur.

Yusus Mansur menyatakan, sebentar lagi datang perayaan Natal bagi umat Kristiani. "Bukanlah juga sikap intoleran ketika kita memilih tidak ikut mengucapkan. Kan ga harus juga mengucapkan. Banyak cara lain," ujarnya mewanti-wanti. "Misal, telepon kawan yang Kristiani, 'makan-makan yuuukkk...', di hari Natalnya mereka. Ini lebih cakep. Ga ada urusan sama akidah, dan gak jadi panjang."

Atau, saran Yusuf Mansur, senyumlah kepada mereka yang merayakan Natal. Saat bertemu, ucapkan... "Wuih, asyik. Makasih ya. Jadi bisa ikut libur, he he he. Rencana ke mana niiiy...?" Dia melanjutkan, "perasaan kejaga, emosi kejaga, pertemanan kejaga, akidah pun, kejaga. Banyak cara."

Yusuf Mansur melanjutkan, saat mereka kebaktian, tidak mengapa menjaga mereka kebaktian. Bila tugasnya memang sekuriti, misalnya. Tapi, lanjut dia, tidak perlu juga memakai topi Natalan. "Saya yakin, saya tahu, twit saya pagi ini, pasti mengundang komen di negeri sejuta komen. Gak pa pa. Semua berhak. Yang penting saya sudah menyampaikan."

Pun ketika datang hari Nyepi bagi umat Hindu ia memberi saran. "Perlu ga sih misalnya kita memakai atribut pakaian Hindu? Cukup kita jangan berisik, jangan mengganggu. Hormati mereka yang lain, hargai mereka yang lain, tapi please, jangan berusaha jadi mereka. Mereka adalah mereka. Kita adalah kita. Di urusan lain, kembali sama-sama."

 

Info seputar sepak bola silakan klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement