REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar mengatakan pemerintah kini tengah mewaspadai serta mengantisipasi masuknya narkoba ke dalam negeri. Terutama narkoba yang masuk dari Malaysia.
"Malaysia, karena secara empiris memang kita dapat data pengedar narkotika di samping melalui Malaysia juga melalui Timor Timur dan Papua Nugini. Dari perbatasan-perbatasan ini yang paling sering kita tangkap asalnya dari Malaysia," katanya saat menghadiri acara Asean Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM) ke-3 di Hotel Pullman, Jakarta, kemarin.
Untuk mengantisipasi masuknya narkoba ke Indonesia, katanya, diperlukan kerjasama intensif dengan Malaysia. "Khususnya Asean. Kita punya kerjasama yang cukup erat dengan mereka-mereka," tambahnya.
Kerjasama ini pun dilakukan guna mencapai program Asean bebas narkoba 2015. Ia menjelaskan bentuk kerjasama ini dapat dilakukan secara bilateral antar negara.
"Misalnya tentang interdiksi pelabuhan-pelabuhan dan tukar menukar informasi negara-negara di Asean agar kita bisa menangkap atau menangkal sebelum masuk ke Indonesia atau di tengah laut bisa kita lakukan penangkapan," jelas Anang.
Anang juga menyebut Indonesia mengalami kerugian negara terbanyak akibat peredaran narkotika. Berdasarkan catatannya, kerugian yang ditanggung oleh Indonesia ini mencapai Rp 48 triliun.
"Kerugian dari seluruh Asean kurang lebih Rp 100 triliun dan separuh dari itu, kurang lebih Rp 48 triliun adalah kerugian Indonesia akibat bisnis narkoba," katanya.