REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor mendukung Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam mengkonversi angkutan kota (angkot) berbahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). Hal itu dirasa sebagai langkah tepat dalam menghadapi kenaikan harga BBM.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organda Kota Bogor, Moch Ischak, mengatakan angkot BBG dapat menjadi solusi jangka panjang tidak hanya bagi pengemudi, tapi juga bagi lingkungan.
"Emisi yang dikeluarkan angkot BBG kan lebih kecil daripada yang dikeluarkan angkot BBM," kata dia, Selasa (2/12).
Menurutnya, sejak diperkenalkannya angkot BBG, pengemudi angkot hampir seluruhnya menyambut dengan antusias. Apalagi dengan angkot BBG, pengemudi dapat menghemat hingga 60 persen.
"Dari pengeluaran pun bisa sangat hemat," jelas dia.
Hanya saja, menurutnya, Pemkot harus lebih serius lagi dalam merencakan konversi angkot ini. Jangan sampai rencana penambahan angkot BBG hanya sebagai wacana.
"Padahal sudah dicanangkan sejak 2009, namun sekarang baru terdengar kabarnya lagi," ujar Ischak.
Keseriusan pemerintah tidak hanya dengan diaktifkannya kembali angkot yang telah terpasang converter kit BBG. Namun juga dengan menambah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
"Sebaiknya SPBG dibangun di titik-titik yang sering dilalui beberapa trayek angkot," katanya.
Menurut data Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, saat ini 50 angkot BBG sudah digunakan di empat trayek yang melewati SPBG di Jalan MA Salmun. Trayek-trayek tersebut di antaranya, trayek 01 (Cipinang Gading-Merdeka), trayek 10 (Bantar Kemang-Merdeka), trayek 12 (Cimanggu-Pasar Anyar), dan trayek 15 (Sidang Barang-Merdeka).