REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung berharap mekanisme pemilihan ketua umum berlangsung secara demokratis dan tertutup. Hal ini sejalan dengan tradisi munas yang selama ini berlangsung di Golkar.
"Semua harus demokratis. Waktu zaman saya pemilihan langsung dan tertutup," kata Akbar di sela munas Partai Golkar IX di Hotel Westin Nusa Dua, Bali, Senin (1/12).
Akbar mengatakan, saat bersaing dengan Jusuf Kalla (JK) di munas 2004, pemilihan juga berlangsung secara tertutup. Dia mengakui saat itu kalah suara dari JK.
"Pas Pak JK menang juga begitu (tertutup). Itu konsensus yang tercipta selama ini. Sekarang pun tentu harus ikut aturan dan konsesi Golkar," ujar Akbar.
Berkaca dari pengalamannya, Akbar menilai pemilihan tertutup jauh lebih baik. Karena meski tertutup, para kandidat calon ketum bisa tetap mengikuti proses pemilihan sampai penghitungan suara. "JK yang menang saya tetap puas. Cuma istri saya nggak puas," kata Akbar.
Akbar mengatakan istrinya tidak puas karena merasa sudah habis-habisan memperjuangkan Golkar pascareformasi. Saat itu Akbar dan istrinya berjuang habis-habis membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap Golkar.
"Istri saya waktu kami diangkut polisi dikejar-kejar (massa) dia ikut. Tapi kok saya kalah, menangis dia. Tapi kan saya harus kuat," ujarnya.