Senin 01 Dec 2014 02:12 WIB

Agung dan Ical Bersatu, Rasanya Sulit

Rep: C93/ Red: Indira Rezkisari
Partai Golkar
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pengamat politik Indonesia, Refly Harun, mengungkapkan perpecahan yang terjadi di tubuh Golkar bukanlah kali pertama. Menurutnya, konflik di partai berlambang pohon beringin selalu terjadi ketika akan diadakan pemilihan ketua umum.

"Sudah biasa ketika akan diadakan pemilihan ketua Partai Golkar terjadi konflik. Sebelumnya kayak Prabowo, Wiranto, Surya Paloh kan awalnya dari konflik, sampai mendirikan partai baru," terang Refly, Ahad malam (30/11).

Tetapi, merut Refly tidak mungkin jika Agung Laksono yang kalah dirinya mendirikan partai baru. Alasannya, untuk mendirikan partai baru bukanlah hal yang mudah serta membutuhkan modal yang besar.

Tak hanya itu, menurut Refly, kecil kemungkinan Agung Laksono keluar dari Partai Golkar sekali pun nantinya kalah dari kubu Ical. "Kemungkinan Agung Laksono nantinya menunggu 5 tahun ke depan hingga terpilihnya ketua umum yang baru," terangnya

Berbeda dengan Refly, pengamat politik LIPI, Syamsudin Haris mengungkapkan kemungkinan munculnya partai baru tetap ada. Kemunculan partai baru tersebut sebagai bentuk ketidakpuasan kubu yang nantinya kalah.

"Kemungkinan kedua kubu untuk bersatu kembali sangat kecil, ya biasanya pecah dan mendirikan partai baru," terangnya.

Sebelumnya, Musyawarah Nasional ke IX Partai Golkar yang akan digelar di Bali pada 30 November - 4 Desember di Bali menimbulkan konflik di internal partai berlambang pohon beringin.

Tokoh-tokoh yang tergabung dalam Presidium Penyelamat Partai yang dipimpin oleh Agung Laksono memutuskan untuk memecat Aburizal Bakrie atau Ical dari kursi Ketua Umum Partai Golkar. Sementara itu, DPP Partai Golkar yang dipimpin Ical tetap ingin melaksanakan Munas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement