REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindakan turun gunung para sesepuh harus mampu menyelamatkan Partai Golkar. Namun untuk melancarkan aksi penyelamatan, para pendahulu harus bersikap senetral mungkin.
"Usaha para sesepuh akan berhasil jika mereka netral", kata pengamat politik UI, Donny Gahral Adian, Jumat (28/11).
Menurutnya, senior Golkar masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap kader. Otomatis setiap masukannya pasti didengar. Karenanya, langkah itu akan menjadi usaha yang baik untuk partai.
Tapi jika sesepuh merupakan kepanjangan tangan kelompok tertentu, maka masalah Golkar justru akan meruncing. Selain itu sisi negatif lainnya adalah para senior non-aktif akan dianggap terlalu mengintervensi partai.
"Sesepuh harus bisa memfasilitasi pihak yang berselisih untuk duduk bersama dan mencari titik temu", kata dosen Filsafat Politik itu. Setidaknya, ujar dia, para sesepuh mampu membimbing Golkar untuk menghasilkan mekanisme pemilihan ketua umum yang adil dan transparan.
Antara lain, dengan membuat komite penyelamatan partai yang mengakomodasi kedua belah pihak. Dalam masalah ini, fungsi senior non-aktif sendiri adalah mengawal dan mengawasi berjalannya pemilihan ketua umum.
Karenanya, mereka berhak memberikan teguran untuk kader yang melanggar etika pemilihan. "Posisi sesepuh itu seperti KPU dan Bawaslu," kata Gahral.
Maka itu, tambah dia, mereka harus mengawal munas dan memberikan sanksi bagi siapa pun yang melakukan money politic dan sebagainya dalam pemilihan nanti.