REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri kreatif ada dalam posisi vital perekonomian Indonesia. Ia berada di urutan dua setelah kuliner dari 15 sektor ekonomi kreatif di tanah air.
Karenanya, selain memiliki modal keunikan berdasar kearifan lokal dan ragam kreativitas di berbagai daerah dalam mencipta kerajinan tangan, dibutuhkan inovasi dan teknologi dalam memasarkan produk-produk tersebut di ranah global.
"Industri kita sudah mampu menyediakan konsumsi dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, maka, bukan hanya kreatif, tapi juga harus inovatif,” kata Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Pemasaran dan Produksi Dalam Negeri Feri Yahya yang hadir mewakili Menteri Perindustrian dalam acara pembukaan Pameran Cravina pada Rabu (26/11).
Dikatakannya, dalam World Econonic Forum, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 144 negara dalam hal kemampuannya berdaya saing di bidang pendidikan, ekonomi dan industry kreatif. Sementara, Singapura menempati posisi dua. Maka, inovasi diutuhkan untuk meningkatkan prestasi Indonesia dalam meningkatkan daya saingnya.
Maka, dalam ajang yang membantu para perajin dalam mencari pangsa pasar ini, inovasi misalnya dilakukan dengan melakukan pengembangan pemasaran hasil kerajinan tangan via online, dengan kemasan dan menarik, tetap ekslusif dan tetap menjaga agar produk Indonesia terlindungi dari klaim Negara lain.
Apalagi sekarang ini Pameran Cravina mulai merambah kancah internasional dengan hadirnya Negara Turki dan Thailand sebagai bagian dari peserta pameran. Menurutnya, ini merupakan awal yang baik bagi perajin Indonesia dalam merambah pasar Internasional, sekaligus menjaga produk tersebut agar tak kalah saing dengan produk luar.