Rabu 26 Nov 2014 17:19 WIB

Harga Elpiji Naik, Beban Rakyat Bertambah

Rep: C16/ Red: Bayu Hermawan
 Karyawan menata elpiji kemasan 3 kilogram di salah satu agen pemasok di Jakarta, Senin (15/9). (Republika/Prayogi)
Karyawan menata elpiji kemasan 3 kilogram di salah satu agen pemasok di Jakarta, Senin (15/9). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana kenaikan harga liquified petroleum gas (LPG) bersubsidi atau elpiji  tabung 3 kilogram yang digulirkan Wapres Jusuf Kalla dinilai akan semakin menambah beban rakyat.

Menurut Pengamat Ekonomi Sri Adi Ningsih, saat ini masyarakat masih terbebani dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang sudah diberlakukan sejak pertengahan November lalu. Ia mengungkapkan kenaikan harga bahan-bahan pokok akibat kenaikan BBM masih akan terjadi tiga sampai enam bulan kedepan.

"Jangan menambah beban rakyat lagi" kata dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini saat dihubungi Republika, Rabu (26/11).

Sri berpendapat, pemerintah perlu mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini jika ingin naikkan harga elpiji bersubsidi. Meskipun ia memperkirakan dampak kenaikan elpiji tidak sebesar kenaikan harga BBM, namun rakyat masih belum siap untuk menghadapi kenaikan yang bertubi.

Ia berharap pemerinah dapat menunda kenaikan harga elpiji bersubsidi dan menunggu kondisi hingga pulih kembali.

"kalau menaikkan tunggu situasi stabil dan daya beli masyarakat pulih" katanya.

Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan melakukan evaluasi kembali harga gas elpiji tabung 3 kilogram. Menurutnya, subsidi elpiji 3 kilogram tercatat telah melambung dalam kurun delapan tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement