REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) semakin memburuk dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya degradasi lahan akibat alih guna dan fungsi lahan yang tidak terkendali. Sehingga, upaya rehabilitasi hutan dan lahan akan sia-sia jika aktivitas yang menyebabkan pengikisan lahan terus berjalan.
“Jadilah sekarang kita punya masalah hutan gundul, erosi lahan pertanian dan longsor di hulu, serta sampah dan banjir di hilir,” kata Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ditjen BPDAS Djati Witjaksono ditemui pada Senin (25/11).
Ia mengingatkan, pengelolaan DAS yang baik akan menepis ancaman krisis air. Ia mencontohkan sebaran penduduk berbanding dengan ketersediaan air permukaan di tiap pulau di Indonesia berdasarkan data Puslitbang SDA pada 2012.
Dalam data, sebanyak 4,2 persen air yang ada di Indonesia tersedia untuk penduduk di pulau Jawa yang mencapai 57,5 persen dari penduduk Indonesia. Sementara, 1,3 persen air tersedia di Bali dan NTT untuk 5,5 persen penduduk.
Padahal, potensi ketersediaan air yang ada di Indoensia bisa tinggi dan mempertipis perbandingan pasokan air dengan jumlah penduduk. Misalnya dari air hujan, alih-alih langsung mengalir ke laut atau menguap, seharusnya kondisi alam bisa optimal dengan menyediakan penampungan air, disimpan di dalam akar pohon dan tanah dan pemanfaatan lainnya.
Berdasarkan data, sebanyak 3.906.500 m3 dan yang dapat dimanfaatkan sebesar 691.300 m3. Masih berdasarkan data puslitang SDA, pemanfaatan air baru mencapai angka 25,3 persen saja sementara yang belum dimanfaatkan sebesar 74,7 persen. Rinciannya, untuk air yang sudah dimanfaatkan yakni sebanyak 19,5 persen untuk penggunaan air di rumah tangga, perkotaan dan industrial. Sisanya untuk irigasi sebanyak 80,5 persen.