Ahad 23 Nov 2014 19:27 WIB

Nelayan Menjerit, Harga Ikan Terjun Bebas Saat BBM Naik

Rep: lilis/ Red: Damanhuri Zuhri
Nelayan tradisional tengah berjuang melawan gelombang laut Bengkulu.
Foto: beta.matanews.com
Nelayan tradisional tengah berjuang melawan gelombang laut Bengkulu.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -– Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat ribuan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu semakin merana. Pasalnya, dalam waktu bersamaan, harga ikan hasil tangkapan mereka malah terjun bebas.

‘’Nelayan benar-benar menjerit, menangis,’’ ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, kepada Republika, Ahad (23/11).

Kajidin mengatakan, kenaikan harga BBM membuat modal melaut semakin mahal. Selain harus membeli solar yang harganya naik, semua perbekalan melaut juga mengalami kenaikan harga.

Nelayan tradisional yang melaut menggunakan perahu kecil kini harus mengeluarkan modal melaut di atas Rp 300 ribu. Padahal sebelum harga BBM naik, modal melaut hanya sekitar Rp 170 ribu. ‘’Namun hasil tangkapan mereka harganya malah anjlok,’’ kata Kajidin menerangkan.

Ia mencontohkan, harga ikan tongkol yang semula Rp 10 ribu – Rp 12 ribu per kg, kini hanya dihargai Rp 8 ribu per kg, rajungan yang awalnya Rp 48 ribu – Rp 50 ribu per kg kini Rp 38 ribu per kg.

Sedangkan ikan banyar yang semula Rp 22 ribu – Rp 25 ribu per kg, ungkap Kajidin, kini hanya Rp 16 ribu – Rp 17 ribu per kg.

Menurut Kajidin, anjloknya harga ikan terjadi di semua muara di Kabupaten Indramayu, di antaranya Karangsong, Eretan dan Glayem.

Menurut Kajidin, para nelayan tradisional yang pergi melaut, hanya bisa mendapatkan uang untuk makan selama di perahu saat melaut. ‘’Kalau untuk keluarga mereka, ya terpaksa utang kanan kiri,’’ keluh Kajidin.

Ketua HNSI Jabar, Ono Surono, mengakui, kenaikan harga BBM akan membuat nelayan menghadapi inflasi. Pasalnya, kenaikan harga BBM membuat kebutuhan melaut maupun rumah tangga ikut mengalami kenaikan. ‘’Yang kasihan memang nelayan kecil. Mereka akan berkurang pendapatannya,’’ tutur Ono.

Ono menyatakan, kenaikan harga BBM saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan harga ikan. Menurutnya, kondisi tersebut harus menjadi perhatian pemerintah.

‘’Kalau dikatakan nelayan tidak terkena dampak akibat BBM naik, itu statement yang salah. Jadi menteri kelautan dan perikanan harus hati-hati dalam memberikan statementnya,’’ tegas pria yang juga menjabat sebagai anggota DPR RI dari PDIP itu.

Ono mengungkapkan, harga ikan nelayan tidak bisa ditetapkan oleh nelayannya sendiri. Namun, tergantung pola permintaan dan pasokan. Saat ini, pasokan ikan sedang banyak sehingga membuat harganya turun.

‘’(Untuk mengatasi masalah itu), perlu segera dibuat program akses pasar dan akses program serta bantuan kapal dan alat tangkap untuk nelayan kecil,’’ kata Ono.

Dengan akses pasar, nelayan bisa mendapatkan kepastian harga ikan, berantas tengkulak/ijon, aktifkan TPI dan bangun coldstorage serta industri pengolahan.

Sedangkan akses program, realisasikan segera bank maritim, yang memberikan kredit khusus nelayan yang memberikan kemudahan dan suku bunga yang rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement