REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menduga adanya oknum di kalangan masyarakat yang menyukai banjir. Hal ini karena oknum tersebut mengincar bantuan yang diberikan oleh Dinas Sosial seperti makanan, tenda, selimut, dan kebutuhan lain seperti peralatan mandi, baju, serta lainnya.
Pria yang akrab disapa Ahok ini menjelaskan bantuan banjir yang akan diberikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kali ini akan dibatasi. Sesuai dengan prosedur tetap yang telah ada warga yang wilayahnya mengalami kebanjiran hingga setinggi pinggang orang dewasa atau kira-kira lebih dari satu meter akan diberi bantuan dalam waktu tiga jam, setelah bencana terjadi.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengatakan dengan pembatasan bantuan, oknum-oknum yang terkadang sengaja membuat banjir di Ibu Kota akan jera. Bentuk kesengajaan ini dikatakan olehnya seperti perusakan dinding turap atau sheet pile di sekitar permukiman padat penduduk.
Pengamat Politik Indria Samego mengatakan seharusnya pemerintah di mana saja termasuk Pemprov DKI harus bisa memberikan perlindungan kepada warganya. Namun, persoalan di Jakarta memang sangat pelik.
Ia menjelaskan permasalahan pelik di Jakarta adalah karena banyak oknum yang memanfaatkan bencana banjir untuk mengambil keuntungan. "Rahasia umumlah banyak pengungsi yang aji mumpung," ujar Indria kepada Republika, Jumat (21/11).
Sehingga, banyak sekali bantuan yang salah sasaran. Menurut Indria harus ada aturan yang jelas dalam penyaluran bantuan kepada korban bencana banjir.
Karena, lanjut Indria, banyak para pengungsi korban banjir adalah pelanggar aturan. "Banyak kan warga yang tinggal di bantaran kali, atau rumah-rumah panggung pinggir waduk yang justru jadi pengungsi," paparnya.
Padahal, kata dia, mereka sudah jelas merupakan para pelanggar aturan. Bahkan banyak diantara mereka bukanlah warga yang memiliki identitas kartu tanda penduduk (ktp) Jakarta.
Fenomena seperti itu artinya ada kegagalan dari pemerintah daerah lain, karena tidak bisa memberikan jaminan kehidupan kepada para warganya sehingga terjadi urbanisasi besar-besaran ke Jakarta.