REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8 Kostrad di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meminta bantuan ITB untuk membuktikan bahwa tank Leopard asal Jerman yang dibeli Kementerian Pertahanan tak merusak jalan. Hasilnya menunjukkan bahwa Leopard tak merusak jalan seperti yang dikhawatirkan berbagai pihak sebelumnya.
Menurut Komandan Yonkav 8 Kostrad, Mayor Valian Wicaksono, dari penelitian ITB, dihasilkan tiga rumus terkait dengan bobot Leopard yang mencapai 62 ton itu saat di jalanan. Rumus yang digunakan yakni tanggungan beban per centimeter persegi, gaya gratvitasi, dan tekanan jejak.
Leopard dibandingkan dengan truk tronton dengan beban yang sama. Dari rumusan itu, tank Leopard disebutkan memiliki tanggungan beban 0,9 Kg per centimeter persegi.
"Kita bandingkan dengan truk atau tronton, maka dia (Leopard) 44.000 newton per meter persegi. Dibandingkan tronton dengan bobot yang sama, kerugian lebih besar tronton ini," kata Valian kepada awak media yang mengunjungi Yonkav 8, Rabu (20/11).
Lalu berat Leopard yang mencapai 62 ton ini diklasifikasikan ke jalan kelas I yang mampu menahan beban lebih dari 10 ton, termasuk klasifikasi jalan kelas II yang mampu menahan beban hingga 10 ton. Hal ini karena Leopard memiliki tujuh sumbu roda yang menempel ke aspal sehingga bebannya terbagi rata.
Menurut Valian, Leopard mampu berjalan di kelas jalan I dan II karena Leopard beban per sumbu itu 8,85 ton dan ada tujuh sumbu. "Tekanan jejak dengan tronton berbeda," ujar Valian.
Untuk lebih meyakinkan, Valian mengajak awak media untuk menaiki dua unit Leopard dan berkeliling Kompleks Yonkav. Di mana, ada tiga jenis jalan di kompleks tersebut yakni aspal, beton, dan pasir bebatuan. Berdasarkan pantauan ROL, memang tidak ada dampak kerusakan jalan yang dilalui Leopard.
Selain itu, Valian menyebutkan bahwa puluhan Leopard yang ada di Yonkav 8 juga pernah dibawa keliling ke sejumlah kota. Dan, hasilnya memang tak ada jalan rusak akibat dilalui tank tersebut. "Ya tapi memang idealnya Leopard itu digunakan di medan perang, bukan di jalanan negara seperti itu. Lagian kan kita tidak setiap hari melintasi jalan umum," katanya.
Sebelumnya, sejumlah pakar dan publik menyebut bahwa tank Leopard tak cocok untuk digunakan di Indonesia. Selain itu, keberadaan tank ini juga disebut akan merusak jalanan