REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens menilai adanya sikap berbeda pendapat di dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai sebuah kewajaran.
Menurut dia perbedaan suara yang kini sedang melanda partai tersebut merupakan bagian dari dinamika yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi politik. "Beda pendapat itu sah-sah saja, tak masalah" kata Boni Hargens saat dihubungi Republika, Kamis (20/11).
Hanya saja, Dodi menambahkan, perpecahan tersebut akan memberikan pengaruh yang buruk bagi partai. Pasalnya, PDIP sebagai partai penopang Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan dinilai tidak solid oleh masyarakat.
Selain itu, Dodi mengingatkan, bagi para kader yang berbeda suara untuk tetap berada dalam satu lingkaran partai. Jangan sampai ada upaya-upaya untuk merapat ke kubu lawan Koalisi Merah Putih (KMP).
Sebelumnya, perbedaan pendapat antar kader PDIP tersebut muncul menanggapi kebijakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. Kader PDIP sekaligus Wali Kota Solo Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo dan Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon masih menolak keputusan partai untuk mendukung kenaikan BBM.