Kamis 20 Nov 2014 09:15 WIB
Bentrokan TNI-Polri

Seragam Loreng Ikut Memicu Bentrokan TNI-Polri Batam

Konferensi pers kasus Batam, Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya, Ketua Tim Investigasi Gabungan TNI-Polri Mayjen Maliki Mift, Wakil Ketua Tim Investigasi Gabungan TNI-Polri Brigjen Fahrizal, dan Kdiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie.
Foto: Republika/Wihdan H
Konferensi pers kasus Batam, Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya, Ketua Tim Investigasi Gabungan TNI-Polri Mayjen Maliki Mift, Wakil Ketua Tim Investigasi Gabungan TNI-Polri Brigjen Fahrizal, dan Kdiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bentrokan TNI-Polri yang terjadi kedua kali dalam tiga bulan terakhir di Batam menunjukkan makin buruknya hubungan psikologis antara kedua institusi aparatur keamanan tersebut. 

“Ada tiga penyebab utamanya,” papar Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Kamis (20/11).

Pertama, tidak terkendalinya aksi backing dalam bisnis legal maupun ilegal, yang dilakukan oknum-oknum kedua institusi.  Kemudian, dendam

kesumat antaroknum kedua institusi pasca bentrokan 21 September lalu masih ada. Yang terakhir karena penggunaan seragam loreng militer pada anggota Brimob, yang

dinilai sebagai wujud arogansi Polri. 

“Brimob telah membuat lapisan bawah TNI tersinggung hingga gampang terpicu emosinya jika berhadapan dengan anggota Brimob. IPW mendesak

Kapolri Sutarman agar mencabut penggunaan seragam loreng pada Brimob agar tak meluas ke daerah lain,” terang Neta.

Dengan terjadinya bentrokan di Batam, imbuhnya, pemerintah perlu segera mencopot Kapolda Kepri dan Danrem setempat serta mengevaluasi dan mencopot kepemimpinan TNI-Polri. Bagaimanapun, Neta melihat, bentrokan ini tak terlepas dari kelengahan elit-elit TNI-Polri dalam mencermati dinamika di Batam pasca bentrokan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement