REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Besaran upah minimum kota (UMK) Kota Bandung 2015 yang digodok oleh Dewan Pengupahan Kota Bandung, akhirnya mentok di angka Rp2,31 juta. Besaran UMK itu juga yang kemudian direkomendasikan Pemerintah Kota Bandung kepada Pemerintah Provinsi untuk kemudian ditetapkan.
Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 92 Hermawan mengatakan usai para gabungan serikat pekerja beraudiensi kembali dengan Wali kota Bandung Ridwan Kamil, besaran UMK yang keluar dari Dewan Pengupahan sebesar Rp2,31 juta.
"Hanya naik 15,5 persen dari UMK 2014, kalau dari KHL 19,5 persen," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (19/11).
Hermawan mengatakan besaran UMK tersebut tentunya masih di bawah minimum yang dituntut buruh yakni 30 persen. Apalagi, menurutnya dalam penggogokan besaran UMK tersebut, tidak dimasukkan nilai asumsi dari kenaikan bahan bakar minyak.
"Jadi nilai yang keluar itu belum dimasukkan harga setelah naik BBM, jadi kami tetap menuntut besarannya naik lagi, kami menghargai betul kinerja Dewan Pengupahan, tapi kami minta besaran sesuai harapan kami," ujarnya.
Sehingga, Hermawan mengatakan para serikat buruh akan kembali menuntut besaran UMK dinaikkan sesuai tuntutan buruh. Hanya saja, upaya tersebut akan dilakukan langsung kepada Provinsi. Pasalnya, Pemkot Bandung hanya dapat merekomendasikan besaran UMK kepada Provinsi, untuk kemudian ditetapkan oleh Gubernur.
"Besok kita akan turun lagi ke jalan, minta Provinsi agar rapat pleno dewan pengupahan memasukkan harga kenaikan BBM, sehingga nilainya bisa naik lagi," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Herry M Djauhari mengungkapkan berkas pengajuan UMK sendiri sudah diserahkan kepada Dewan Pengupahan Provinsi Jabar. Kemudian, rekomendasi itu yang kemudian akan dirapatplenokan oleh Dewan Pengupahan Provinsi sebelum ditetapkan oleh Gubernur.
"Tadi pagi kita serahkan, jadi tanggal 21 November sudah bisa ditetapkan," ungkapnya.
Herri mengatakan besaran UMK Kota yang diputuskan juga diharapkan sesuai dengan tuntutan para buruh sebesar 30 persen. "Mudah-mudahan naik lagi, ada pertimbangan kenaikan BBM, karena yang kami keluarkan kemarin belum diasumsikan kenaikan BBM," ujarnya.