Selasa 18 Nov 2014 23:32 WIB

Oknum Komite SMP Manfaatkan Hypnotheraphy untuk Cabuli Siswi

Pelecehan seksual anak (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pelecehan seksual anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Oknum komite di sebuah SMP Negeri di Kota Pasuruan diduga mencabuli sembilan pelajar ketika mengikuti "hypnotheraphy" di sebuah ruangan di sekolah itu pada Senin (17/11) lalu.

"Siang sepulang sekolah anak saya menceritakan apa yang dialami di sekolah sambil menangis setelah mengikuti kegiatan hypnotheraphy di sebuah ruangan di sekolah," kata orang tua korban, NF, di Pasuruan, Selasa.

Selain itu, putrinya berinisial DCF juga menceritakan ada delapan temannya yang juga mengikuti kegiatan tersebut, yakni RDD, BI, KO, SA, NE, FA, DK, dan RE.

Kemarin dia cerita kepada saya sambil menangis kalau dia dan teman-temannya diraba ketika mengikuti hypnotheraphy di sekolahnya," katanya saat mengadu ke Polresta Pasuruan.

Sementara itu, korban pencabulan, DCF membenarkan apa yang dikatakan ayahnya bahwa kejadian tersebut dilakukan setelah pelajaran keempat yaitu sesudah istirahat siang jam belajar.

"Ketika sesudah istirahat, saya dipanggil ke ruang OSIS oleh guru Bimbingan Konseling (BK) untuk mengikuti kegiatan hypnotheraphy. Setelah saya dihipnotis, mata saya terasa tidak bisa melek, tetapi saya merasa ada yang meraba-raba," katanya.

Senada juga dikatakan oleh korban lain berinisial RDD yang juga mengaku mendapat perlakuan tidak senonoh oleh therapis berinisial BH ketika mengikuti kegiatan hypnotheraphy.

"Semakin saya raba, semakin naik daya rangsang kamu, kemudian jarinya masuk ke dalam baju saya dan kancing baju saya dibuka," kata korban, RDD menirukan therapis ketika memulai menghipnotisnya.

Ia mengatakan sudah dua kali mendapat perlakuan serupa. Yang pertama, saat mengikuti hypnotheeraphy bersama seorang temannya berinisial Dk di ruang kelas 9-C, kemudian yang kedua bersama delapan temannya yang lain di ruang OSIS.

Selain itu, ia mengatakan teraphis yang merupakan oknum ketua komite sekolah itu juga pernah berpesan kepadanya bila sakit tidak perlu datang ke dokter, cukup dengan therapis itu. Bahkan, dia kerap mendapat SMS godaan dari therapis itu.

Tidak terima dengan perlakuan itu, lima diantara sembilan siswa yang mendapat tindakan asusila itu, kemudian melapor ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Pasuruan, dengan ditemani seorang wali murid.

Secara terpisah, Kaur Kesiswaan SMPN itu, B. Rastudianto, menyatakan kegiatan hypnotheraphy memang ada di sekolahnya, namun soal pencabulan itu belum diketahui secara pasti.

Sementara itu, oknum komite itu masih sulit dihubungi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement