REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Emrus Sihombing menilai ajang Munas IX Golkar yang diadakan pada Januari 2015 nanti, akan menjadi pertarungan antara faksi dari Aburizal Bakrie melawan faksi Jusuf Kalla.
Menurutnya hal tersebut bisa terjadi karena Aburizal Bakrie (Ical) dan Jusuf Kalla (JK) adalah dua tokoh paling berpengaruh di partai itu, namun keduanya berada di kubu yang berbeda. Ical menjadi orang yang disegani di Koalisi Merah Putih (KMP) sementara JK berada di lingkar kekuasaan bersama Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
"JK yang masih berstatus politikus Partai Golkar pasti ingin partainya mendukung pemerintahan, Sementara ARB sudah hampir pasti tidak memiliki peluang untuk merapat ke KIH," kata Emrus saat dihubungi Republika Online, Senin (17/11).
Emrus belum bisa menyebutkan siapa saja nama-nama calon ketua umum Partai Golkar saat ini yang berada di faksi JK. Meski begitu, ia menilai calon ketua umum selain Ical, memiliki peluang yang besar membawa Partai Golkar masuk dalam gerbong pendukung pemerintahan.
Sementara jika Ical yang kembali berhasil menduduki tampuk kepemimpinan, maka dipastikan Golkar tak akan merapat ke KIH. Terlebih, Ical dan Golkar pernah ditolak oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada masa Pemilu lalu.
Selain JK, Emrus juga menilai pengaruh mantan politukus Golkar lain yang berada di KIH juga akan ikut memainkan peran.
Secara hipotesa politik bukan tidak mungkin Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum Hanura Wiranto ikut memainkan pengaruh di partai yang membesarkan namanya keduanya.
"Secara hipotesa politik dua tokoh ini ikut memainkan peran itu sangat logik, tapi sebesar apa pengaruh yang dimainkan kita belum bisa lihat," ujarnya.
Munas sendiri sudah diputuskan oleh rapat pleno Partai Golkar untuk diadakan pada Januari 2015. Dari sebelumnya begitu kencang isu yang beredar mengenai adanya wacana dipercepat menjadi akhir November ini.
Ketua umum saat ini ARB yang tercatat sebagai pentolan KMP berkeinginan Golkar tetap di posisinya sebagai oposisi guna menjadi penyeimbang pemerintah di parlemen.
Sementara sejumlah tokoh lain termasuk beberapa dari calon ketua umum Golkar membuka peluang untuk Golkar merapat ke pemerintahan bersama salah satu kader mereka yang saat ini menjadi wapres yaitu Jusuf Kalla.