REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai Musyawarah Nasional Partai Golkar 2015 akan diwarnai petarungan kepentingan antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).
Burhanudin menjelaskan, KMP tentu saja mendukung ARB, karena apabila yang bersangkutan terpilih lagi, posisi Golkar masih didalam koalisi pendukung Prabowo-Hatta tersebut. Namun, ia juga mengatakan kepentingan KIH dalam hal ini adalah, mendukung beberapa calon yang berbeda pandangan dengan Ical.
Sehingga arah politik Golkar ke depan bisa saja berubah jika yang memimpin selain ketua presidium KMP tersebut.
"Jadi yang berkepentingan, bukan hanya KMP, tapi KIH juga," katanya kepada wartawan di Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (16/11).
Ia mencontohkan situasi politik saat ini, sama persis dengan yang terjadi menjelang munas Golkar 2004 yang lalu. Dimana saat itu, partai Golkar yang sebelumnya dipimpin oleh Akbar Tanjung sempat berada di oposisi.
Namun ketika Munas digelar, dan akhirnya pemenangnya adalah Jusuf Kalla. Yang pada waktu itu menjabat sebagai wakil presiden, langsung merubah haluan bergabung dengan partai pendukung pemerintah.
Apapun itu, Mengenai pelaksanaan munas nantinya, ia mengharapkan adanya mekanisme yang adil, transparan dan terbuka. Jika tidak, bisa berpotensi pada perpecahan. Ia mencontohkan, saat munas Pekanbaru menghasilkan Partai NasDem.
"Lakukan dengan mekanisme yang adil, yang memungkinkan semua kandidat bertarung secara sehat. Jika tidak, kita tahu partai Golkar bukan partai yang terlepas dari Konflik, terbukti Munas Pekanbaru, menghasilkan Nasdem," jelasnya.