Ahad 16 Nov 2014 22:15 WIB

Pulau Sebatik Harus Mendapat Perhatian Lebih

Rep: Elba Damhuri/ Red: Bilal Ramadhan
Pulau Sebatik
Foto: Google
Pulau Sebatik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, harus mendapatkan perhatian khusus dan solusi konkret terkait dengan situasi sosial dan fakta karut-marut perbatasan. Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan ada banyak pulau kecil yang termasuk ke dalam 3T (tertinggal, terluar, terdepan).

"Kita harus serius membangun daerah-daerah 3T ini, salah satunya adalah Pulau Sebatik," kata Sukamta dalam penjelasannya, Ahad (16/11).

Kondisi di sana, kata dia, cukup memprihatinkan dilihat dari segi sosial, perbatasan wilayah, dan ketimpangan ekonomi. Politisi dari Fraksi PKS ini menjelaskan tentang tiha hal kondisi di Sebatik.

Pertama, perbatasan wilayah Indonesia dengan Malaysia seolah tidak ada. Ini terjadi karenak tidak adanya batas fisik yang jelas seperti pagar atau dinding antara Indonesia dan Malaysia. Yang terjadi kemudian, keluar masuk orang antardua negara menjadi bebas.

Kedua, kata Sukamta, secara sosial Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Malaysia telah berbaur tanpa sekat. Bahkan di sana ada dualisme mata uang, rupiah dan ringgit. Sampai ada rumah yang bagian terasnya masuk wilayah Indonesia, namun dapurnya masuk wilayah Malaysia.

Ketiga, adanya ketimpangan ekonomi antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Malaysia. Ketimpangan itu juga nampak jelas jika kita membandingkan kondisi pembangunan Sebatik dengan Tawau, Malaysia.

Ketimpangan ini, lanjut Sukamta, berimbas kepada banyaknya Warga Negara Indonesia yang mengunjungi Tawau dibanding Warga Negara Malaysia yang mengunjungi Sebatik.

Menurut data Statistik Kegiatan Pos Imigrasi Sungai Pancang Tahun 2011, terdapat 29.107 Warga Negara Indonesia yang pergi ke Tawau, sedangkan Warga Negara Malaysia yang pergi ke Sebatik hanya sekitar 108 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement