REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL – Palang Merah Indonesia Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kekurangan stok darah 100 kantong setiap bulannya, akibat rendahnya kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darah.
Ketua PMI Gunung Kidul Iswandoyo mengatakan, setiap bulan kebutuhan darah mencapai 500 kantong, sedangkan pemenuhan setiap bulannya hanya 400 kantong.
"Kami terus berupaya agar tidak kekurangan stok darah dengan cara sosialisasi kepada masyarakat," kata Iswandoyo, di Gunung Kidul, Jumat (14/11).
Menurut dia, peningkatan stok ini diperlukan agar Gunung Kidul tidak terlalu menggantungkan pasokan dari daerah lain. Diakuinya, jaringan "online" yang terintegrasi dengan seluruh PMI di DIY memberikan banyak keuntungan.
Meski demikian, pihaknya tidak ingin terus tergantung dengan stok darah dari luar daerah. "Selama ini, setiap bulan mendatangkan kantong darah dari daerah lain," katanya.
Menurut Iswandoyo, jumlah ideal stok darah per tahun 1-2 persen dari jumlah penduduk. Tetapi di Gunung Kidul baru 0,5 persen. "Kami terus melakukan sosialisasi dengan harapan ada peningkatan, meski hanya berkisar dua persen pendonor aktif," katanya.
Sebelumnya, Ketua PMI DIY Herry Zudianto menargetkan pada 2014 terdapat 70 ribu pendonor aktif. "Kami terus berupaya memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama kalangan muda agar mau menjadi pendonor aktif," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya melakukan sosialisasi dengan cara anak muda, seperti menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan menjadi tutur remaja setiap harinya. "Kami akan kampanyekan, donor itu gaul, donor itu tidak sakit dan bukan gaya-gayaan, tapi donor ini untuk menolong sesama," kata Herry.
Dia berharap masyarakat menggunakan layanan sistem informasi manajemen yang diterapkan PMI. Di sana masyarakat bisa mengetahui jumlah stok darah. "Jangan menggunakan pesan berantai, karena itu bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab," katanya.