REPUBLIKA.CO.ID,PONTIANAK -- Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigjen Pol Arief Sulistiyanto mengungkapkan adanya rencana sejumlah pihak yang berupaya agar dirinya segera pindah dari provinsi itu.
"Ada beberapa yang gerah, dan mengumpulkan uang agar saya dipindah," kata Arief saat menjadi pembicara seminar tentang anti pencucian uang yang digelar di Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat (Bank Kalbar) di Pontianak, Kamis.
Menurut dia, kalau menghimpun Rp10 miliar untuk "mendongkel" dirinya sebagai Kapolda di Kalbar, adalah nilai yang kecil. Ia membandingkan saat dirinya masih menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri.
Dengan berbagai kasus tindak pidana yang ditangani, banyak tawaran agar tidak ditindaklanjuti. Namun tentu saja ia dengan tegas menolaknya. "Kenapa harus seperti itu, toh nantinya saya juga tidak selamanya di sini," ujar dia.
Ia telah melaporkan hal itu ke Kepala Polri. Tanggapan Kapolri, kata Arief, kalau ada penjahat yang membenci Kapolda, berarti tindakannya betul.
Arief yakin, meski ada yang tidak menyukainya di Kalbar, namun ia tetap dikelilingi oleh orang-orang yang ingin kebenaran ditegakkan.
Ia mengaku selalu melapor setiap pendapatan yang diperoleh kepada istrinya. "Supaya jelas, dari mana sumbernya," ujar Arief.
Sejak menjadi Kapolda di Kalbar, Arief melakukan sejumlah gebrakan dalam menekan penyelundupan, hingga pejabat Bea Cukai pun menjadi terpidana.