Selasa 11 Nov 2014 05:47 WIB

KH Alawy Muhammad, Pengasuh Pesantren Dari Keluarga Petani

KH Alawy Muhammad
KH Alawy Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID,SAMPANG--  Berbeda dengan ulama pengasuh pondok pesantren lainnya di Pulau Madura yang menjadi pengasuh pondok pesantren karena warisan orang tuanya, namun KH Alawy Muhammad justru dari kalangan orang biasa, yakni dari keluarga petani.

Saat masih muda, KH Alawi bahkan sempat merantau ke Jawa dengan menjadi pedagang, sebagaimana kebanyakan warga Madura pada umumnya.

Beberapa sumber menyebutkan, pada usia 27 tahun KH Alawy menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah hingga tiga kali berturut-turut dan yang terakhir pada tahun 1985.

Ketika itulah, ia belajar agama kepada ulama-ulama ternama di Makkah, selain kepala keluarganya sendiri di Sampang, Madura.

KH Alawy kemudian menjadi pengasuh pondok pesantren, karena saat itu pengasuh pondok meninggal dalam usia muda, hingga akhirnya keluarga pesantren menunjuk Kiai Alawy sebagai pengasuh.

Tidak hanya itu, ia juga aktif di partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yakni partai politik yang menjadi wadah perjuangan politik umat Islam kala itu.

Kiprah Kiai Alawy dalam dunia politik karena tokoh kharismatik ini berkeyakinan bahwa terjun di dunia politik merupakan keharusan, dan politik merupakan media dakwah.

Meski baginya, politik merupakan keharusan dan umat Islam harus masuk dalam wadah partai politik yang berideologi Islam, namun kiai ini justru menolak jika negara berasaskan Islam atau membentuk negara Islam.

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menurutnya, merupakan harga mati dan sudah berdasarkan kesepakatan semua perwakilan umat agama yang berbeda keyakinan.

Saat Wakil Presiden M Jusuf Kalla berkunjung ke kediamannya di Sampang dan hendak mencalonkan lagi sebagai Calon Presiden RI pada Pemilu 2009 yang berpasangan dengan Wiranto, KH Alawi bahkan berpesan agar Pancasila tetap dipertahankan.

"Saya minta pak Jusuf Kalla tetap berpegang teguh pada Pancasila dalam menjalankan tugas pemerintahan, karena Pancasila merupakan dasar negara," katanya kala itu.

Kini, pejuang agama, pejuang rakyat, dan pejuang Pancasila itu telah kembali ke haribaan-Nya dengan mewariskan pentingnya perjuangan untuk agama, rakyat, dan Pancasila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement