Senin 10 Nov 2014 09:54 WIB

Seruan Resolusi Jihad Hasyim Asy'ari Membakar Perlawanan (bagian 3)

Rep: c01/ Red: Joko Sadewo
Hasyim Asyari
Foto: manbaulilmiwalhikami.blogspot.com
Hasyim Asyari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascakemerdekaan Indonesia, tepatnya 22 Oktober 1945, Netherland Indian Civil Administration (NICA) dari pemerintahan Belanda yang membonceng pihak Sekutu datang untuk kembali merebut kekuasaan di Surabaya. Menghadapi keadaan ini, Hasyim Asy’ari bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan tentara NICA dan Sekutu yang dipimpin Inggris tersebut.

Resolusi Jihad ini kemudian ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya, dan setelahnya, meletuslah peristiwa 10 November 1945. Umat Islam yang mengetahui dan mendengar Resolusi Jihad ini kemudian keluar dari kampungnya dan membawa senjata seadanya untuk melawan pasukan NICA dan Inggris.

Selama masa perjuangan melawan penjajah, Hasyim Asy’ari dikenal sebagai penasihat, penganjur, dan juga seorang jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Hasyim Asy’ari bahkan kerap dimintai pendapat dan petunjuknya oleh Jenderal Soedirman dan Bung Tomo.

Hasyim Asy’ari wafat di Jombang pada 25 Juli 1947 di umurnya yang ke-72 tahun. Wafatnya Hasyim Asy’ari disebabkan oleh darah tinggi yang berujung pada stroke. Stroke yang dialami Hasyim Asy’ari ini dipicu oleh berita bahwa pasukan Belanda di bawah Jendral Spoor telah kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di Singosari (Malang) dengan meminta korban yang banyak dari rakyat biasa. Hasyim Asy'ari yang sangat terkejut dengan peristiwa ini, terkena serangan stroke yang menyebabkannya meninggal dunia.

sumber : berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement