Ahad 09 Nov 2014 22:34 WIB

Jokowi Bawa Indonesia Pada Keseimbangan Poros AS-Cina

Rep: Agus Raharjo/ Red: Winda Destiana Putri
A man walks past a wall bearing a logo of the 2014 Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) at the venue for APEC CEO Summit while its opening ceremony is being held in Beijing November 9, 2014.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
A man walks past a wall bearing a logo of the 2014 Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) at the venue for APEC CEO Summit while its opening ceremony is being held in Beijing November 9, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan luar negeri pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Cina dinilai sebagai langkah penting Indonesia.

Pasalnya, Indonesia harus mampu menjaga keseimbangan diantara dua poros AS-Cina.

Menurut Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mahfudz Sidiq, selama ini Indonesia dinilai terlalu condong ke negeri adi kuasa AS. Kunjungan Jokowi ke Beijing untuk menghadiri APEC akan memperjelas posisi Indonesia diantara dua poros tersebut serta memperkuat posisi Indonesia dalam forum kerjasama regional. Di saat yang sama, pertarungan kepentingan antara AS dengan Cina semakin kuat.

"Indonesia harus mampu memainkan peran keseimbangannya dengan berorientasi pada kepentingan nasional," kata Mahfudz saat dihubungi Republika, Ahad (9/11).

Mahfudz menambahkan disaat Indonesia sedang condong pada poros AS, Cina semakin memperkuat pengaruhnya di Indonesia.

Maka, patut ditunggu langkah dari Jokowi selanjutnya untuk menyikapi posisi Indonesia yang ada diantara dua poros kekuatan dunia ini. Pastinya Jokowi harus memiliki strategi baru berada di dua poros AS dan Cina, sehingga kepentingan nasional Indonesia menjadi tujuan paling utama.

Menurut Mahfudz tidak ada yang istimewa dari kedatangan Jokowi di Cina karena APEC tahun ini memang dijadwalkan berlangsung di Beijing, Cina. Proses pendekatan Cina justru ditunjukkan Indonesia saat menandatangani kerjasama di sektor minyak dan gas dengan Cina.

Ini mengindikasikan Indonesia berencana menguatkan hubungan kerjasama ekonomi dengan negeri tirai bambu tersebut. Meskipun indikasi penguatan hubungan dengan Cina sudah terlihat, tekanan AS pada Indonesia juga sudah terbukti. Yaitu Indonesia absen dalam pendirian bank infrastruktur Asia yang dimotori oleh Cina dan Rusia.

"Tarik menarik dua poros ini menjadi tantangan yang harus dijawab Presiden Jokowi di forum APEC," tegas Mahfudz Sidiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement