REPUBLIKA.CO.ID,SAMARINDA--Perut lapar ternyata menjadi rawan sebagai alasan mengapa orang ingin hijrah dari NKRI.
Badan Pengelola Kawasan Perbatasan, Pedalaman, dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Provinsi Kaltim bersama TNI, berhasil meredam warga di 10 desa di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) yang ingin keluar dari NKRI untuk pindah menjadi warga Serawak, Malaysia.
“Ketika mendengar ancaman 10 desa di Mahakam Ulu (Mahulu), tim langsung naik helikopter bersama TNI ke lokasi untuk memantau dan mendengar langsung, apa yang menyebabkan warga ingin keluar dari NKRI,” ungkap Kepala BPK2DT Kaltim Frederik Bid, Ahad (9/11).
Ia pun turut melepas truk-truk TNI dari Samarinda menuju Mahulu membawa sembako pada 28 Oktober lalu agar penduduk tak jadi pindah kewarganegaraan.
"Untuk menanggulangi sementara tentang jeritan mereka akibat lapar tersebut, maka hari ini kami bekerjasama dengan TNI AD memberangkakant enam truk membawa 12,5 ton sembako ke 10 desa yang terdiri beras, gula, mi instan, dan obat-obatan," katanya.
Kesepuluh desa yang hendak memisahkan diri dari NKRI tersebut semuanya berada di Kecamatan Long Apari, sebuah kecamatan yang berbatasan darat dengan Malaysia, meliputi Desa Long Pananeh I, Long Pananeh II, Long Pananeh III, Tiong Ohang, Tiong, Buu, Noha Tifab, Long Apari, Long Kerioq, Noha Silat, dan Desa Noha.
Enam truk pengangkut sembako tersebut berangkat dari Samarinda, tepatnya dari Markas Komando Resimen Militer (Makorem) VI/Mulawarman. Keberangkatan truk-truk itu dilepas oleh Asisten Teritorial Kodam VI/Mulawarman Kol Inf Andi Andi Suyuti.
Menurut Suyuti, dalam misi itu selain ada obat-obatan juga ada tim kesehatan yang turut berangkat.
Truk pengangkut sembako hanya mengantar sampai ke Melak, Kabupaten Kutai Barat. Selanjutnya dari Melak diangkut menggunakan helikopter pada Rabu (29/10) menuju Long Apari.
Perjalanan harus menggunakan jalur udara karena belum ada akses darat ke Long Apari. Sedangkan jika menggunakan jalur sungai, tentu akan sulit karena musim kemarau.