Sabtu 08 Nov 2014 08:31 WIB

Rieke Diah Pitaloka: Tolak Kenaikan BBM!

Anggota Fraksi PDIP DPR Rieke Diah Pitaloka bersama Juru Bicara Forum Tuna Netra Menggugat, Hendar.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Anggota Fraksi PDIP DPR Rieke Diah Pitaloka bersama Juru Bicara Forum Tuna Netra Menggugat, Hendar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Presiden Jokowi menaikkan harga BBM terus menuai penolakan. Bahkan, penolakan itu berasal dari kader PDIP, selaku partai yang mendukungnya di Pilpres 2014 lalu. Setelah Effendi Simbolon, FX Hadi Rudyatmo, Rieko Diah Pitaloka juga terus menyuarakan agar Jokowi tidak menempuh kebijakan yang memberatkan wong cilik itu.

Bahkan, Rieke yang semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa paling lantang menentang kebijakan kenaikan BBM, kali ini juga menyuarakan hal serupa. Bahkan, ia membuat tagar khusus terkait aspirasinya itu sembari diselingi dengan ucapan selamat atas keberhasilan Persib Bandung menjadi juara Liga Super Indonesia 2014. "#tolakkenaikanBBM dan #PersibJuara," katanya melalui akun Twitter, @rieke_diah.

Anggota Komisi IX DPR itu mempertanyakan alasan Jokowi yang menyatakan subsidi BBM membebani APBN hingga pembangunan infrastruktur tidak jalan. "1.Selamat Pagi, benarkah tidak ada anggaran untuk infrastruktur? APBN 2014 lebih dari 1800 T, 14,4% subsidi BBM, 85,6% APBN yuk transpsransi," katanya.

Dia melanjutkan, "2.Benarkah defisit APBN 2014 sampai 108T, bagaimana bs bilang defisit kl penyerapan anggaran 2014 saja blm dilaporkan ke publik?"

Rieke kembali mempertanyakan, "3.Benarkah dibutuhkan tambahan anggaran 108 T untuk sampai akhir 2014. Benarkah ada bantalan kompensasi kenaikan 6T?Jika benar utk apa saja?"

Dia menilai kebijakan untuk menaikkan BBM tidak tepat. "4. Benarkah rencana bensin naik 2000,solar naik 3000 utk hemat 16T smp akhir 2014? Benarkah jk benar defisit 108T, tertutup dgn 16T?" "5.Benarkah kita telah benar-benar berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi dengan sebenar-benarnya konstitusi amanatkan?"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement