Sabtu 08 Nov 2014 00:00 WIB

Komunikasi Politik Buruk, Jokowi Jadi Presiden yang Pintar Menyalahkan

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Effendi MS Simbolon (kedua kiri), Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio (kedua kanan), dan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi (paling kanan) menjadi pembicara diskusi mengenai
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Effendi MS Simbolon (kedua kiri), Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio (kedua kanan), dan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi (paling kanan) menjadi pembicara diskusi mengenai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jokowi dinilai sebagai presiden yang pandai menyalahkan pihak lain. Di saat dirinya mendapat kritikan, Jokowi membalas menyerang dengan mengeritik.

Dalam akun facebooknya, Jokowi menjawab kritikan terkait dirinya yang tidak berkomunikasi dengan DPR terkati kartu sakti yang sudah lama dipromosikannya.

“Lha, kalau harus lapor dulu ke DPR, lapor kemana? ketemu siapa? ke komisi yang mana? alat kelengkapan dewan-nya mana? ... Apa saya harus menunggu terus..?” tulisnya.

Sebelumnya, Jokowi juga berkomentar kurang santun terkait penyerangan terhadap kantor berita TV One yang dilakukan pendukungnya dari massa PDIP.

Bukannya berkomentar yang sejuk, justru Jokowi yang ketika itu masih capres, ikut memanaskan situasi. Jokowi mengatakan tidak memiliki kontrol penuh atas tindakan para relawan ataupun simpatisan meski dalam setiap kesempatan kampanye, dia mengaku selalu mengingatkan relawan agar selalu sabar.

"Tapi kan medianya ikut bantu manas-manasin. Salah sendiri manas-manasin. Makanya jangan ikut manas-manasin. Jangan sekali-kali salahkan relawan," kata Jokowi saat konferensi pers di Bandung.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyatakan semua ini adalah gambaran betapa buruknya komunikasi politik Jokowi. “Ini harus diperbaiki,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement