Jumat 07 Nov 2014 17:22 WIB

Kenaikkan Harga BBM Menyakiti Hati Rakyat

Rep: C73/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (keempat kiri) menerima naskah kesepakatan Koalisi Permanen Merah Putih yang diwakili Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kedua kanan) di Pelataran Tugu Proklamasi, Jakarta, Senin (14/7).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (keempat kiri) menerima naskah kesepakatan Koalisi Permanen Merah Putih yang diwakili Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kedua kanan) di Pelataran Tugu Proklamasi, Jakarta, Senin (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota komisi VII DPR, Ramson Siagian, menolak kenaikkan harga BBM bersubsidi. Menurutnya, pada saat kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak menyinggung masalah kenaikan BBM.

"Hal itu menyakitkan hati rakyat. Karena waktu kampanye tidak bilang mau menaikkan BBM," kata politikus partai Gerindra ini, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (7/11).

Ia mengatakan, menolak kenaikan yang wacananya naik sebesar Rp 3ribu. Kemudian menurutnya, harga BBM bersubsidi dinaikkan pada saat minyak mentah dunia menurun dari U$105 menjadi U$80. Selanjutnya, katanya, pemerintah harus menjelaskan harga pokok penjualan dari BBM tersebut.

"Jangan langsung menuduh bahwa rakyat dengan BBM bersubsidi membakar Rp 714 triliun persatu tahun. Itu hitung-hitungan dari mana. Kan menyakitkan," katanya.

Di samping itu menurutnya, Jokowi juga harus transparan dalam mengumumkan berapa subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk BBM. Ia menilai, harga bahan baku di pasaran sudah turut naik sebelum BBM dinaikkan.

Sementara, daya beli masyarakat menurun. Menurutnya, terdapat sensitivitas terhadap rakyat kecil. Karenanya, ia mengatakan Jokowi harus melihat efektivitas dari menaikkan harga BBM, dan bukan sekedar pencitraan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement