Rabu 05 Nov 2014 16:17 WIB

Risma: Tak Ada Sentuhan Tangan Asing di Surabaya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Foto: Antara
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan bahwa kondisi Surabaya yang relatif nyaman seperti sekarang ini tidak didesain oleh satu pun orang asing, melainkan dari tenaga ahli Pemkot Surabaya dengan dukungan ITS.

"Alhamdulillah, Surabaya seperti sekarang ini tidak ada satu pun yang didesain orang asing, apakah taman, gedung, sekolah, jembatan, penerangan jalan, sungai, waduk, dan sebagainya, semuanya desain dari pemkot yang didukung ITS," katanya di Surabaya, Rabu.

Dalam seminar CITIES 2014 bertema "Ecocity, Utopis atau Realistis" yang digelar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS, ia menjelaskan hal itu menunjukkan bahwa kota yang baik adalah kota yang nyaman dan mampu mendesain sendiri.

Oleh karena itu, dirinya mendorong kemampuan warga dan aparatnya dalam mendesain kota. "Karena itu, saya minta anak buah saya yang insinyur untuk menerapkan ilmunya, saya minta mereka tidak mengurusi administrasi, karena bukan urusannya," katanya.

Selain mampu mendesain, katanya, sebuah kota dikatakan nyaman kalau udaranya sejuk dan jalanannya luas. Bahkan, suhu di Surabaya sekarang juga sudah sama dengan Jakarta dan Bandung, kecuali malam hari. Lebih dari itu, sebagian warga Kota Surabaya juga sudah bukan bersih lagi, melainkan hemat air, karena air pembuangan dari kamar mandi sudah digunakan untuk menyiram tanaman.

Tidak hanya hutan buatan, katanya, pihaknya juga sudah membuat sungai buatan di Taman Bulak, air muncrat di Taman Balai Kota. "Sebentar lagi, kita akan membuat kabut buatan pada tanaman di sejumlah pedestrian di kota ini, sehingga sejuk sekali," katanya.

Namun, katanya, taman bukan disebut taman bila hanya berfungsi sebagai taman, melainkan taman adalah taman yang sesungguhnya bila berfungsi sosial. Oleh karena itu, dirinya membuat taman yang juga memenuhi keinginan remaja, seperti bisa untuk grafiti, climbing, futsal, basket, drama, dan sebagainya, termasuk fasilitas free wifi pada taman-taman yang ada.

"Saya buat lapangan futsal dengan lapangan hijau seharga Rp 500 juta, climbing di Taman Irian Barat, drama di Taman Ekspresi, bahkan waduk di Morokrembangan yang dulunya kotor, sekarang sudah bisa dipakai selancar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement