REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Kepala Kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupetan Sleman Epiphana Kristiyanti mengatakan, belum bisa menyimpulkan jenis material pada asap panas yang menggegerkan warga Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Ahad (2/11) malam.
Menurutnya, saat ini masih menunggu pemeriksaan laboratorium. Epiphana menjelaskan, pihaknya bersama BLH Yogyakarta dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) sedang melalukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel material. “Sumur-sumur warga juga akan dilakukan pengecekan,” ujar Epiphana, Selasa (4/11) saat dihubungi wartawan.
Menurut Epiphana, material dari sisa pembakaran penting untuk diteliti. Hal tersebut untuk mengetahui penyebab muncul asap panas tersebut.
Asap tersebut aman jika terhirup warga apabila sisa pembakaran tersebut berasal dari sisa pembakaran kayu atau blotong. Namun, apabila kandungan material merupakan B3 yang mengandung fly ash dan button, maka cukup berbahaya bagi kesehatan.
Hasil dari beberapa penelitian, lanjut Epiphana, sudah dikumpulkan. Dalam beberapa hari ke depan, hasilnya akan bisa diketahui.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Energi Miniral (SDAEM) Kabupaten Sleman Sapto Winarno mengatakan, tumpukan tanah tersebut untuk dibolak-balik. Tujuannya agar tanah tersebut tidak panas.
Selain itu, Sapto mengharapkan agar bahan untuk membuat batako agar segera dibuat. Jangan sampai bahan tersebut ditumpuk sehingga mengakibatkan panas.
Sebelumnya, Sumadi warga setempat secara tidak sengaja kakinya menginjak gundukan tanah yang terletak di belakang rumahnya. Gundukan tanah tersebut setelah dicek mengeluarkan asap panas dan mengakibatkan kaki Sumadi mengalami luka bakar.