REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menegaskan penundaan pembangunan infrastruktur, khususnya bidang transportasi merupakan kerugian besar karena biaya yang dibutuhkan akan terus meningkat.
"Kita memang membutuhkan dana segar untuk pembangunan infrastruktur, jalan tol pelabuhan, listrik dan kereta api luar Jawa karena apapun APBN kita tidak mencukupi, kalau kita tunda, semakin ditunda akan semakin naik harganya," kata Presiden dalam keterangan pers di depan Kantor Presiden Jakarta, Selasa sore (4/11).
Ia mengatakan peran investor dibutuhkan untuk mendorong pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang transportasi.
"Kita ingin libatkan investasi untuk bidang itu. Bidang lainnya nanti dulu," kata Kepala Negara.
Pada Selasa sore Presiden menerima kunjungan investor yang tergabung dalam 20-20 Investment Association di Istana Negara Jakarta.
"Saya tidak mau berbicara muluk-muluk. Mereka senang diterima Presiden dan Menko, kita melihat kalau memang (mereka-red) miliki kekuatan dan kemampuan," katanya.
Potensi investasi dari kelompok tersebut hingga 8 triliun dolar Amerika Serikat.
"Mereka investor swasta. Kekuatan dana mereka 8 Triliun Dolar AS," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden mengatakan dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu, investor yang berasal dari 20 perusahaan sejumlah negara tersebut tidak menyampaikan permintaan khusus.
"Tidak ada permintaan khusus. Kita (pemerintah Indonesia -red) yang atur," kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan dalam pertemuan tersebut masih akan ditindaklanjuti dengan pertemuan antara kalangan swasta dan juga swasta asing dengan BUMN.
"Nanti kemudian akan ada B to B bisa BUMN di sana (luar negeri-red) bisa swasta dan BUMN sini, bisa swasta sana dan sini. Ini bisa mendorong pembukaan lapangan pekerjaan," katanya.