REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Ketua Umum DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso akan menggarap generasi twitter jika terpilih di Munas Partai Golkar.
Partai Golkar, menurut Priyo, harus memperhatikan peralihan generasi baru. Pergantian generasi baru ini tidak hanya tercermin dalam kepemimpinan, tetapi juga dalam peralihan generasi pemilih. Misalkan, Pemilu 2014 ini saja, ada sekitar 14 juta generasi baru pemilih. Mereka kebanyakan lahir pada tahun 1996-1997.
Sebuah fase peralihan dimana mereka adalah generasi baru yang tidak pernah merasakan sedikit pun era sebelum reformasi. Mereka ada generasi baru yang sejak lahir sudah mengenal kebebasan informasi, mengenal internet, mengenal facebook, mengenal twitter, dan lain sebagainya. Pola pikir mereka tentu akan jauh berbeda dengan generasi-generasi pemilih sebelumnya.
Pada Pemilu 2019 nanti, jumlah generasi baru ini akan mencapai 30 juta. "Ini harus dibaca oleh Partai Golkar," kata Priyo saat bersilaturahim dengan ketua-ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan, Ahad (2/11).
Dalam menghadapi perubahan yang besar ini, menurut Priyo, Partai Golkar membutuhkan pemimpin yang fresh, energik, dan populis. Bukan pemimpin yang elitis dan kedaluwarso. Pemimpin yang fresh dan energik dibutuhkan untuk bisa terus turun aktif ke daerah-daerah dalam menjaga kekuatan Golkar di akar rumput.
"Tubuh partai akan mudah goyang diterpa angin jika akarnya tidak kuat. Ke depan, Partai Golkar harus memperkuat strutur-struktur terbawah ini, sampai di tingkat desa/kelurahan yang sangat terikat secara emosional dan teritorial dengan warga masyarakat secara langsung," papar Priyo.