Jumat 31 Oct 2014 04:22 WIB

Jokowi Ingin Naikkan Harga BBM, Warga Bali Memilih Pasrah

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Julkifli Marbun
Kenaikan harga BBM/ilustrasi (Prayogi/Republika)
Foto: Prayogi/Republika
Kenaikan harga BBM/ilustrasi (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Rencana pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ditanggapi dingin sejumlah masyarakat di Denpasar Bali. Ketika ditanya prihal rencana kenaikan itu, mereka hanya menaikkan pundaknya.

"Kami bisa apa. Apa mau melawan. Kami pasrah saja," kata Farid Allow, warga Denpasar.

Kepada Republika di Denpasar, Kamis (30/10), Farid mengaku bahwa issu kenaikan harga BBM bersubsidi mengganggu kelancaran bisnisnya. Broker tanah itu menyebutkan, sejumlah transaksi yang seharusnya sudah dilaksanakan pertengahan Oktober, ikut tertunda.

"Baik pembeli tanahnya, maupun penjualnya, sama-sama memilih bersifat menunggu, seperti apa dampak kenaikan harga BBM," kata Farid.

Warga lainnya, Nyoman Seputra mengaku sangat khawatir terhadap dampak kenaikan BBM. Pengusaha roti itu menyebutkan, kalau hampir enam bulan terakhir, kegiatan produksinya sedikit terganggu, lantaran harga bahan baku yang terus naik mengikuti kenaikan harga dolar.

"Dapat dipastikan, kalau BBM naik, pastilah harga-harga akan ikut naik pula, karena biaya transportasi yang pasti naik," katanya.

Pengusaha pengemasan kacang goreng Sobirin, menyatakan kahwatir dengan rencana kenaikan harga BBM. Karena katanya, dengan kenaikan harga itu, sudah pasti harga-harga akan naik juga. Dia mengatakan, belum tahu apakah konsumennya bisa menerima bila harga produk berbagai camilannya dinaikkan.

"Biasanya kami yang menerima akibatnya. Menaikkan harga ditinggal pembeli, tapi kalau dinaikkan biaya produksi sudah naik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement