REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 3.284 warga terus mengungsi menyusul masih terjadinya erupsi Gunung Sinabung. Para pengungsi ditempatkan di 12 lokasi pengungsian pada Ahad (26/10).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan sebelumnya terdapat 1.018 kepala keluarga yang harus mengungsi di 16 titik.
"Tapi sekarang penipisan titik pengungsian dilakukan untuk memudahkan penanganan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (26/10) malam.
Sutopo mengatakan, aktivitas Gunung Sinabung hingga Ahad masih tinggi. Terjadi guguran 98 kali dan dua kali awan panas guguran dari puncak dengan jarak luncur terjauh 3.500 meter ke arah selatan. Tinggi kolom abu awan panas mencapai 2.000 meter. Guguran lava teramati dari dekat puncak sisi barat sejauh 700-1.000 m. "Status tetap Siaga level tiga," imbuhnya.
Sutopo mengaku tidak tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung akan berakhir. Menurutnya, Badan Geologi juga tidak bisa memprediksikan kapan Sinabung akan berhenti hingga kembali normal. Semua parameter kegunungapian masih menunjukkan aktivitas yang tinggi. "Artinya erupsi dan luncuran masih berpotensi terjadi," ujarnya.
Pola luncuran awan sudah diketahui sesuai bukaan kawah yaitu ke tenggara-selatan hingga radius 5 km. Sedangkan lainnya radius 3 km yang masyarakat harus mengungsi.
Untuk itu, lanjutnya, status tanggap darurat hanya diberlakukan bagi daerah-daerah yang warganya harus mengungsi saja. Bukan seluruh Kabupaten Karo darurat. ''Di luar radius tersebut, warga sudah dapat melakukan aktivitas normal. Pemerintah akan memberikan bantuan kepada pengungsi sesuai rekomendasi PVMBG,'' ujarnya.