REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia segera mengurus pemulangan sebanyak 11 warga Negara Indonesia korban perompakan kapal tanker bermuatan Crude Palm Oil (CPO) yang ditemukan di Pulau Yu, Terengganu, Malaysia, Kamis sekitar pukul 02.50 .
"Saat ini, korban tengah diperiksa kesehatannya di Rumah Sakit Kuala Terengganu dan setelah itu diurus kelengkapan administrasinya untuk dievakuasi ke Kuala Lumpur," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (23/10).
Dubes Herman menjelaskan, setelah tiba di Kuala Lumpur, maka selanjutnya semua korban akan dibantu pengurusan kembali ke Indonesia. "Besok (Sabtu), KBRI akan menugaskan tim satgas untuk berangkat ke Kuala Terengganu untuk membantu para korban tersebut," ungkapnya.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Van Swandi, nahkoda kapal SPOB Srikandi 515 kepada pihak Polis Diraja Malaysia (PDRM), pada 9 Oktober, kapal tanker bermuatan minyak sawit (CPO) sebanyak 3100 ton itu, berangkat dari Sampit menuju Gresik, Jawa Timur.
Namun dalam perjalanannya, pada tanggal 9 Oktober sekitar pukul 06.00, kapal tersebut dirompak di perairan Alur Pelayaran Sampit, Kalimantan Tengah. Saat perampokan tersebut, semua ABK ditutup matanya dan diikat serta mengikut perjalanan bersama di atas kapal tersebut selama 13 hari.
Selanjutnya, pada 22 Oktober 2014 itu, pukul 20.00 waktu setempat, semua korban disuruh masuk ke perahu karet (life craft) berkapasitas 15 orang dan kemudian ditinggalkan di tengah laut. Sehari kemudian, tanggal 23 Oktober sekitar pukul 19.30 waktu sempat, para ABK tersebut ditemukan di tengah laut oleh nelayan asal Vietnam.
Para korban diselamatkan nelayan asal Vietnam itu dan tiba di dermaga Chendering pada 24 Oktober sekitar pukul 02.50.
Ketika ditemukan, kesemua korban dalam keadaan baik dan mempunyai dokumen lengkap. Mereka lalu ditempatkan di Balai Chendering. Para korban tersebut, kini masih diperiksa di Rumah sakit di Kuala Terengganu.