Sabtu 18 Oct 2014 23:32 WIB
100 Hari Terakhir SBY (Habis)

Keberhasilan SBY yang tak Bisa Dipungkiri

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Esthi Maharani

Meski diterpa isu yang menodai perjalanan akhir pemerintahannya, Presiden SBY juga menuai beberapa keberhasilan. Sejumlah program yang dicanangkan selama masa pemerintahan SBY dipanen tepat waktu.  Dalam beberapa bulan terakhir sebelum lengser, sejumlah proyek besar diresmikan walaupun proyek tersebut belum benar-benar selesai penggarapannya.

Program andalan yang paling dibanggakan SBY adalah Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).  Pada peringatan tiga tahun program tersebut, awal September lalu SBY meresmikan puluhan proyek MP3EI diseluruh Indonesia.  Untuk koridor Sumatera ada 11 proyek yang diresmikan. Koridor Jawa (19), koridor Kalimantan (11), koridor Sulawesi (10), koridor Bali-Nusa Tenggara (8), dan koridor Maluku-Papua (7).

Proyek-proyek tersebut meliputi pembangunan dan pengembangan bandara, pelabuhan, jalur ganda kereta api, pembangunan jalan raya dan jalan tol, pembangunan kawasan industry maritime, pembangunan PLTP, pembangunan pabrik, pembangunan PLTU, pengembangan pariwisata, hingga pembangunan smelter.

Tak hanya itu, di eranya, Indonesia memiliki pesawat kepresidenan, kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul yang meliputi Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Pusat Pasukan Siaga TNI, Pusat Penanggulangan Terorisme dan Deradikalisasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, Pusat Pengembangan Bahasa, Universitas Pertahanan, dan Pusat Olahraga Militer. SBY juga meresmikan sejumlah rumah sakit, asrama Indonesia di negara sahabat,  dan program serta proyek lain yang ‘dipaksa’ selesai sebelum ia turun tahta.

Ada satu momentum yang cukup istimewa diakhir masa jabatannya. Terutama saat proses pemilihan umum presiden dan wakil presiden terjadi pada kisaran Juli 2014. SBY berhasil mempertemukan dua rival capres-cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Istana Negara pada 20 Juli 2014 untuk buka puasa bersama.

Kesempatan itu ia gunakan untuk meminta kedua capres agar tetap bersaudara pasca pengumuman resmi pilpres. Bahkan, SBY mengutip hadist rasul agar semakin menguatkan permintaannya kepada kedua kandidat.

"Saya ingin ungkapkan sebuah hadist. Dikatakan bahwa Rasul SAW senantiasa memperingatkan umat Islam agar menjauhi prasangka buruk. Prasangka buruk ini insya Allah sirna kalau kita kerap bersilaturahim dan selalu menjalin persaudaraan dan kebersamaan," katanya waktu itu.

 

Ia juga sempat mengingatkan agar persatuan bangsa harus dikedepankan oleh keduanya. Menurutnya, tidak mudah menyatukan bangsa yang terpecah karena persoalan tertentu seperti misalnya pilpres. Sebab, ia menyakini ada harga yang harus dibayar sangat mahal oleh bangsa dan negara jika terjadi perpecahan.

 

"Diberbagai kesempatan, saya mengatakan bahwa persatuan persaudaraan dan kebersamaan kita sebagai bangsa itu sungguh penting. Harganya amat mahal jika sebuah bangsa terpecah. Untuk menyatukannya kembali bukan sesuatu yang mudah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement