REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Praktik peminjaman uang dengan bunga tinggi masih banyak ditemukan di pasar tradisional Jalan Pedati, Bogor, Jawa Barat. Beberapa pedagang mengaku resah karena banyak rentenir selalu menagih utang dengan sewenang-wenang.
Tak jarang pertengkaran terjadi di antara pedagang dan penagih utang. Wawan, penjual daging sapi di Pasar Jalan Pedati, Bogor, menjadi salah satu korban kekejaman lintah darat itu. Ia terpaksa meminjam uang pada mereka karena terdesak kebutuhan dagang. "Saya terpaksa gali lubang tutup lubang untuk bayar bunga," kata Wawan, Jumat (17/10).
Ia terpaksa meminjam ke tempat lain untuk membayar bunga pinjaman dari rentenir. Wawan mengungkapkan, bunga yang ditetapkan rentenir hingga 30 persen. Bunga itu menurutnya sangat memberatkan para pedagang.
Diungkapkan Wawan, para pedagang kadang jatuh ke perangkap lintah darat. Ketiadaan modal dan ancaman gulung tikar membuat mereka terpaksa berurusan dengan pinjaman berbunga tinggi.
Yusnizar, pedagang rempah-rempat di pasar itu menyebut, meski resah dengan banyaknya praktik lintah darat tersebut, para pedagang tidak berani melapor pada pihak yang berwajib. "Kami takut, tidak tahu harus melapor ke siapa," ujar ibu enam anak ini.
Para pedagang di pasar tradisional ini juga tidak mengerti bagaimana cara meminjam modal ke bank. Mereka berharap ada solusi bantuan pinjaman modal yang mudah dan tidak memberatkan agar mereka tidak lagi bergantung pada rentenir.
Status yang hanya sebagai pedagang kaki lima juga menyulitkan mereka dalam memperoleh perlindungan dari pihak Pemerintah Kota Bogor. "Pasar Jalan Pedati ini hanya pasar kelurahan, tidak ada kepala pasarnya," kata Yuniar, pedagang daging.