Jumat 17 Oct 2014 18:49 WIB

Teknologi dan Akuisisi Dongkrak Produksi Minyak

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
 Pekerja tambang beraktivitas di area pengeboran minyak dan gas.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pekerja tambang beraktivitas di area pengeboran minyak dan gas. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Pertumbuhan konsumsi minyak Indonesia yang makin meningkat namun tidak diiringi peningkatan produksi mengakibatkan negara ini sangat tergantung pada impor. Pelaksana Tugas (Plt) Pertamina, Muhamad Husen mengatakan Indonesia memiliki dua alternatif yang dapat ditempuh utnuk mendongkrak lifting.

Pertamina, ujarnya, mampu memproduksi  lebih banyak minyak melalui sistem improve oil recovery. Dengan teknologi yang disebut seismic ready pengeboran dapat dilakukan sedalam empat ribu meter. Menurut Husen banyak lapangan-lapangan yang masih menggunakan teknologi lama sehingga tidak terupdate dengan teknologi-teknologi baru.

Di samping  itu Indonesia juga secara parallel perlu membangun kilang-kilang baru. Dari sisi infrastruktur, imbuhnya, Indonesia sudah sangat ketinggalan dibandingkan negara lain. Bahkan proses blending facility minyak mentah harus dilakukan di Singapura karena keterbatasan infrastruktur. “Kapasitas tangki kita belum berubah dalam dua puluh tahun terakhir padahal konsumsi meningkat dua kali lipat,” jelasnya di sela kunjungannya ke kantor Republika pada Jumat (17/10) di Jakarta.

Dengan adanya peremajaan teknologi Husen optimistis produksi minyak akan naik hingga dua kali lipat hingga 1,6 juta barel per hari. Muaranya Indonesia akan dapat berswasembada energy dalam sepuluh tahun mendatang.

Kedua, potensi produksi minyak dapat didorong dari akuisisi Pertamina di luar negeri. Husen menuturkan hingga saat ini di Aljazair Pertamina telah berproduksi sebanyak 23 ribu barel per hari. “Sementara di Iran produksi Pertamina mencapai 40 ribu barel per hari,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement