REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Musim penghujan di Pulau Bali mestinya sudah dimulai pertengahan Oktober ini. Namun akibat perubahan iklim, musim penghujan diperkirakan mundur selama 20 hari atau baru akan dimulai pekan pertama November.
"Itu di Bali bagian selatan, seperti Denpasar, Kuta dan Gianyar," kata Kepala BMKG Wilayah Bali, Wayan Suardana.
Kepada Republika di Denpasar, Jumat (17/10), Suardana mengatakan, akibat tertundanya musim penghujan, udara di Bali terasa sangat panas. Karena tidak ada hujan, awan yang menutupi matahari juga sangat tipis, sementara angin dari daratan Australia yang berhembus ke Bali adalah angin kering.
"Jadi beberapa hari terakhir ini udara sangat panas, bisa mencapai 35 derajat," kata Suardana.
Dikatakan Suardana, untuk Bali di bagian barat dan utara, musim penghujan bahkan diperkirakan datang lebih lambat yakni pada Desember. Begitu juga dengan daerah kepulauan seperti Nusa Penida, Lembongan dan Nusa Ceningan, hujan diperkirakan baru turun pada Januari 2015. Kendati hujan turun belakangan sebutnya, berakhirnya bisa lebih awal.
"Artinya musim penghujannya lebih pendek," kata Suardana.
Mengenai hujan yang sempat turun di beberapa daerah di Bali beberapa hari terakhir, dikatakan Suardana, hanya hujan yang lewat dan bukan menunjukkan datangnya musim penghujan. Musim penghujan itu katanya, ditandai dengan turunnya hujan selama sepuluh hari berturut-turut dan dalam sepuluh hari menghasilkan ketebalan 50 milimeter atau setebal 150 milimter dalam waktu 30 hari.
"Sekarang kan kenyataannya hujan kan tidak turun lagi," katanya.