Rabu 15 Oct 2014 11:08 WIB

Menjaga Perlintasan KA Demi Rp 20 Ribu

Rep: c09/ Red: Julkifli Marbun
 Kereta api melintas di perlintasan rel kereta api/ilustrasi (foto : mgROL30)
Kereta api melintas di perlintasan rel kereta api/ilustrasi (foto : mgROL30)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI  - Peluit itu sudah usang. Pak Aki tak pernah menggantinya sejak delapan tahun lalu ketika pertama kali ia menjadi penjaga pintu perlintasan rel kereta api di Kranji, Bekasi Barat.

Warga Buaran Bekasi ini benar-benar menggantungkan hidupnya dari pekerjaan menjaga palang pintu perlintasan Kranji. Namun sayang, pintu perlintasan kereta api yang ia jaga adalah salah satu dari banyaknya pintu perlintasan kereta api tidak resmi di wilayah Bekasi.

Palang pintu yang dijaga Pak Aki berada tepat di samping stasiun Kranji, yang menghubungkan wilayah Kranji dengan Rawa Bambu. Palang sederhana yang terbuat dari sebilah bambu sepanjang kurang lebih 3 m itu dicat oranye dan diberi pemberat batu besar di ujungnya.

"Palang ini dibuat dari hasil swadaya masyarakat," kata Herman, warga Kranji, Selasa (14/10).

Pekerjaan yang dilakoni Pak Aki ini tentu masuk ke dalam kategori pekerjaan berisiko tinggi. Lima menit sekali, kereta Jabodetabek dan kereta jarak jauh melintas tepat di depannya dengan kecepatan tinggi. Meski begitu Kakek enam cucu ini mengaku tidak memiliki pilihan lain selain bekerja dengan sebaik-baiknya karena sudah tidak ada pekerjaan lain.

Pernah suatu hari Pak Aki mengajukan lamaran ke pihak stasiun Kranji. Namun, karena usia yang sudah tidak muda lagi, ia ditolak. Sebelumnya profesi Pak Aki hanya sebagai kuli panggul disekitar Kranji.

Sekarang, Pak Aki merasa bertanggung jawab penuh akan keselamatan warga Kranji dan Rawa Bambu yang akan melintasi jalur kereta api, meski Ia sendiri harus mempertaruhkan nyawa. Tempat duduk berukuran 1x1 m yang biasa Ia tempati untuk mengatur palang, hanya berjarak dua meter dari rel kereta api. Lengah sedikit saja, Pak Aki bisa langsung terserempet.

"Alhamdulillah, saya masih selamat sampai sekarang," kata Pak Aki sambil tersenyum, Selasa (14/10).

Siang itu, proyek pembuatan rel khusus untuk kereta jarak jauh terlihat di sepanjang jalur kereta api Manggarai-Bekasi. Isu penutupan jalan-jalan perlintasan pun santer terdengar. Pekerjaan Pak Aki juga turut terancam.

"Kalau rel kereta Jawa sudah jadi, perlintasan ini sudah pasti ditutup," ujar Putri Kinasih, salah satu pegawai stasiun Kranji, Senin (13/10).

Mendengar hal tersebut, Pak Aki mengaku tak tahu harus berbuat apa. Mungkin Ia akan kembali ke pekerjaan sebelumnya sebagai kuli panggul.

"Saya sudah enak di sini, meskipun penghasilannya sedikit. Jadi kalau digusur saya sedih," tambah Pak Aki.

Akan tetapi, kemalangan yang sesungguhnya menimpa Pak Aki justru bukan karena isu penutupan jalan. Namun tidak adanya perhatian terhadap palang-palang perlintasan kereta api tidak resmi yang ada di Bekasi.

Pak Aki mengaku tak pernah sedikitpun mendapat tunjangan atau bantuan dari pihak PT.KAI. "Diberi minum pun tidak pernah," ujarnya. Penghasilanya selama ini mengandalkan sumbangan seiklasnya dari warga yang lewat. Satu hari, Pak Aki hanya mendapat Rp 10 Rini sampan Rp 20 ribu.

"Ini merupakan salah satu bentuk dedikasi terhadap profesi yang dilakukan oleh orang kecil seperti Pak Aki," kata Agus Setiawan, pegawai stasiun Kranji, Selasa (14/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement