Ahad 12 Oct 2014 19:36 WIB

Waspada, Orang Utan Membawa Virus Ebola

Rep: C54/ Red: Winda Destiana Putri
Electron micrograph of an Ebola virus virion (illustration)
Foto: en.wikipedia.org
Electron micrograph of an Ebola virus virion (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Virus ebola ditemukan terkandung dalam tubuh orangutan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan tim peneliti Asian Influenza-zoonosis Research Center (AIRC) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. 

Penelitian tahun 2012 tersebut telah terpublikasi di sejumlah jurnal ilmiah internasional. Meksi begitu, hingga saat ini, pemerintah Indonesia belum mengklarifikasi hasil penelitian yang mencengangkan tersebut.

Ketua AIRC Unair Dr. CA Nidhom meminta pemerintah Indonesia segera memberikan pernyataan resmi, khususnya kepada para peneliti. Pasalnya, menurut Nidhom, pemerintah telah melarang keberlanjutkan penelitian tersebut oleh timnya.

"Kami dianggap telah melanggar undang-udang dengan alasan orangutan adalah hewan yang dilindungi. Peneliti Indonesia seolah tidak boleh, tapi peneliti asing bebas meneliti," ujar Nidhom kepada Republika, Ahad (12/10).  

Nidhom menambahkan, Kementerian Kehutnan merupakan pihak yang bertanggung jawab sebagai otoritas yang berwenang atas orangutan di Indonesia. Kementerian Kehutanan-lah yang melarang Nidhom untuk melanjutkan penelitian tersebut.

Nidhom mengisahkan, mulanya, timnya meneliti kemungkinan orangutan terjangkit virus preston ebola yang berasal dari Filipina. Virus itu sendiri, menurut Nidhom, tidak terlalu mematika dibandingkan dengan ebola yang sekarang mewabah di Afrika.

“Ternyata kami terkejut, virus yang ditemukan ditubuh orangutan hanya 1,4 persen saja memiliki kesamaan dengan preston ebola. Ternyata 20 persen virus terebut persis seperti ebola Afrika,” ujar Nidhom.

Nidhom dan rekan-rekan mengaku belum memeiliki kesimpulan bagaimana orangutan menjadi inang atas virus ebola seperti yang muncul di Afrika. Untuk itu, dia mempertanyakan berbagai aktivitas penelitian yang dilakukan oleh berbagai LSM asing. 

Menurut Nidhom, pemerintah harus tersbuka dan segera memberikan klarifikasi. Pasalnya, menurut dia, ebola merupakan virus yang telah dikategorikan otoritas internasional sebagai mikroorganisme yang bisa menjadi senjata biologis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement