REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI-- Akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Prof La Niampe mengatakan, untuk melakukan penelitian mengenai budaya yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) harus pergi ke Belanda agar mendapatkan literatur yang lengkap.
"Kami para peneliti sejarah dan budaya, untuk mendapatkan literatur yang lengkap harus pergi ke negri kincir angin (Belanda), sebab yang ada di daerah hanya berupa literatur lisan," ujarnya di Kendari, Sabtu (11/10).
Ia menambahkan, bila arsip budaya yang ada di Belanda dapat dipulangkan maka akan memudahkan para peneliti untuk mengkaji budaya yang ada di Sultra, sebab hampir semua literatur mengenai sejarah di zaman kerajaan maupun kesultanan yang ada di Sultra saat ini berada di Belanda.
Menurut dia, dengan memulangkan kembali arsip budaya tersebut, maka akan mendorong para peneliti untuk mengkaji nilai-nilai luhur dari budaya.
Sebab dalam nilai luhur dari suatu budaya, terdapat kearifan lokal yang harus tetap dijaga kelestariannya, maka dengan memulangkan arsip budaya tersebut ke daerah akan memudahkan dalam menjaganya.
"Saat ini saya telah membangun komunikasi dengan pemerintah Belanda melalui KBRI yang ada di sana, agar dapat membawa arsip budaya yang dibutuhkan dalam pengembangan penelitian mengenai kebudayaan yang ada di Sultra," ujarnya.
Ia menambahkan banyak makna yang terkandung didalam budaya sebagai pedoman kehidupan dalam proses interaksi dengan masyarakat dan budaya juga dapat dijadikan filter (penyaring) bagi budaya asing yang masuk ke tengah masyarakat.
Menurut dia, didalam kebudayaan terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Literatur mengenai kebudayaan yang ada di Sultra, saat ini banyak berada di Belanda yakni diantaranya di Kaitelve dan Museum Tropen Amsterdam.
Untuk memulangkan kembali arsip budaya Sultra tersebut, menurut akademisi UHO Kendari itu, Pemerintah daerah harus memikirkan bagaimana menyisipkan APBD yang dimiliki, sehingga kita sebagai pemilik budaya tidak lagi harus jauh pergi ke Belanda untuk mengetahui budaya kita sendiri.