Jumat 10 Oct 2014 13:59 WIB

Program TransJakarta Ada 'Mark Up', Ahok Mengaku Gagal

Rep: C89/ Red: Erik Purnama Putra
Ahok
Foto: Prayogi/Republika
Ahok

REPUBLIKA.CO.ID, BALAIKOTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku gagal menjalankan program transportasi massal melalui transjakarta selama dua tahun pemerintahannya bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

"Gagal kami (program) pengadaan bus TransJakarta. Intinya kami ingin menambah unit bus, tapi kami gagal karena adanya mark up anggaran," ujarnya kepada wartawan di Balai Kota, Jumat (10/10).

Pernyataan pria yang kerap disapa Ahok tersebut dikarenakan sejumlah pejabat Dinas Perhubungan DKI Jakarta terlibat penyelewengan anggaran bus transjakarta dan bus sedang. Padahal, menurutnya dengan adanya program itu, pihaknya ingin warga berpindah dari kendaraan pribadi ke TransJakarta.

Kejaksaan Agung telah menetapkan sejumlah DKI sebagai tersangka terkait pengadaan transjakarta dan bus sedang dalam tahun anggaran 2013 senilai Rp 1,5 triliun.

Di antaranya mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono, mantan Direktur Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Prawoto, mantan Sekretaris Dinas Perhubungan DKI Dradjat Adhyaksa dan sebagainya.

Melihat keadaan diatas, Ahok mengatakan ke depan tidak ingin lagi melakukan pengadaan transjakarta dan bus sedang di Dinas Perhubungan DKI. Ia memilih membatalkan pengadaan transjakarta di tahun 2014 dan mengalihkan pengadaan ke PT Transjakarta.

"Makanya kami mau ubah pola pengadaan transjakarta tahun 2015-2016 melalui PT TransJakarta dan dengan kualitas bus yang baik," kata mantan politikus Partai Gerindra itu.

Selain itu, Ahok menuturkan akan ada perbaikan halte-halte bus. Sehingga tahun 2016 sudah ada perubahan yang signifikan. "Sudah level dunia, termasuk bus-busnya," imbuhnya.

 

Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement